Nilai patokan global untuk kepemilikan aset dalam kategori kekayaan bersih tinggi (High Net Worth/HNW) adalah dari US$1 juta sampai US$50 juta. Sementara untuk kekayaan bersih ultra tinggi (Ultra High Net Worth/UHNW) mulai dari US$50 juta atau setara Rp675 miliar ke atas.
Laporan lembaga keuangan asal Swiss bertajuk Global Wealth Report 2017 itu menyatakan, pada tingkat kekayaan yang lebih tinggi, ada sekitar 111 ribu jutawan dengan harta yang diukur dalam dolar AS dan 868 individu berkekayaan bersih ultra tinggi di Indonesia.
“Angka ini diperkirakan meningkat lebih dari 10 persen setiap tahunnya dalam lima tahun ke depan, menjadi 180 ribu jutawan dan lebih dari 1.400 individu berkekayaan bersih ultra tinggi pada tahun 2022,” tulis laporan tersebut, dikutip Kamis (23/11).
Secara global, jumlah jutawan tercatat telah meningkat sebesar 170 persen sejak tahun 2000, sementara jumlah individu berkekayaan bersih ultra tinggi telah meningkat lima kali lipat, membuat mereka menjadi kelompok pemegang kekayaan yang paling cepat tumbuh sejauh ini.
Komposisi segmen jutawan berubah dengan cepat. Pada tahun 2000 sebanyak 98 persen jutawan terkonsentrasi pada negara-negara berpenghasilan tinggi. Sejak saat itu, telah bertambah 23,9 juta jutawan baru. Sementara 2,7 juta jutawan atau 12 persen dari total jutawan, berasal dari negara berkembang.
Ekonomi negara berkembang menyumbang 6 persen dari segmen ini pada tahun 2000. Namun sejak saat itu telah menciptakan 22 persen pertumbuhan individu berkekayaan bersih ultra tinggi. China sendiri menyumbangkan sekitar 17.700 orang, 15 persen dari individu berkekayaan bersih ultra tinggi baru di dunia.
Dari tahun 2016 sampai 2017, jumlah jutawan secara global tumbuh 7 persen atau 2,3 juta orang menjadi 36 juta orang, dengan pertumbuhan terbesar berasal dari AS dan negara negara Eropa Barat (Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia). Di wilayah Asia Pasifik, jumlah jutawan Australia bertambah 202 ribu orang menjadi 1,2 juta orang. Jutawan China bertambah 138 ribu menjadi dua juta orang. Sementara jutawan Taiwan bertambah 58 ribu orang menjadi 381 ribu orang.
Sementara jumlah jutawan di Asia Pasifik tumbuh 3 persen pada tahun 2017, di tingkat atas piramida kekayaan, wilayah ini mengalami pertumbuhan tercepat secara global dari segi jumlah individu berkekayaan bersih ultra tinggi. Angka pertumbuhan jumlah individu berkekayaan bersih ultra tinggi di Asia Pasifik mencapai 18 persen menjadi 37.420 orang. Sementara jumlah miliarder tumbuh 24 persen menjadi 910 orang pada pertengahan tahun 2017.
Hartono bersaudara menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya versi Forbes Indonesia selama sembilan tahun berturut-turut. Total harta mereka pada tahun ini bahkan melonjak US$15,2 miliar atau sekitar Rp205 triliun dibanding tahun lalu menjadi US$32,3 miliar atau sekitar Rp436 triliun.
Kenaikan signifikan keluarga Hartono tersebut terutama disebabkan kenaikan hampir 50 persen dari nilai saham mereka pada PT Bank Central Asia Tbk (BCA).
Dikutip dari Forbes, Hartono yang mewarisi perusahaan rokok Djarum beberapa dekade lalu secara cerdas melakukan diversifikasi bisnis dengan mengambil saham BCA yang terpuruk akibat krisis keuangan pada 1997-1998. Tahun ini, mereka menaikkan kepemilikan sahamnya pada BCA dari 47 persen menjadi 55 persen. Ke depan, miliuner ini juga tengah bertaruh dengan membeli perusahaan perangkat game Singapura Razer, yang baru-baru ini terdaftar di bursa Hong Kong.
Sementara itu, Juragan Minyak Sawit Eka Tjipta Widjaja menempati posisi kedua dengan total kekayaan US$9,1 miliar atau sekitar Rp122 triliun, naik US$3,5 miliar atau Rp47 triliun. Disusul Pemilik Perusahaan Rokok Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo dengan kekayaan mencapai US$8,8 miliar atau sekitar Rp118 miliar.
Pada posisi keempat, ada pemilik Indofood Anthoni Salim dengan kekayaan US$6,9 miliar atau sekitar Rp93 triliun. Posisi kelima ditempati Sri Prakash Lohia dengan kekayaan US$6,4 miliar atau sekitar Rp86,4 triliun. Posisi keenam, Boenjamin Setiawan dengan kekayaan US$3,65 miliar atau sekitar Rp49 triliun.
Posisi ketujuh, Chairul Tanjung dengan kekayaan US$3,6 miliar atau sekitar Rp48,6 triliun. Posisi kedelapan, Tahir dengan kekayaan US$3,5 miliar atau Rp47 triliun. Posisi kesembilan, Mochtar Riady dengan kekayaan US$3 miliar atau Rp40 triliun dan posisi kesepuluh, Jogi Hendra Atmadja dengan kekayaan US$2,7 miliar atau sekitar Rp36 triliun.
Dari sepuluh orang terkaya di Indonesia dalam daftar Forbes, sembilan diantaranya mengalami kenaikan kekayaan di atas 10 persen pada sepanjang tahun ini seiring kenaikan harga saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada waktu yang sama mengalami kenaikan sekitar 17 persen (yoy). Adapun total kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia mencapai US$126 miliar atau sekitar Rp1.701 triliun, naik US$ 99 miliar atau sekitar Rp1.336 triliun.
Majalah Forbes baru merilis daftar 10 orang terkaya di Indonesia. Banyak wajah-wajah baru yang ada di daftar. Ada juga yang terdepak dari daftar 10 besar orang terkaya di Indonesia. Siapa dia? Dari daftar 10 orang terkaya Indonesia yang dirilis Forbes di tahun ini, Murdaya Poo tak lagi ada di dalam daftar. Tahun lalu, pengusaha ini ada di urutan ke 9 dengan kekayaan US$ 2,1 miliar.
Di tahun ini, Murdaya Poo tak lagi ada di daftar 10 besar. Meski kekayaannya naik US$ 2,2 miliar, urutan Murdaya Poo merosot ke peringkat 12. Murdaya Poo adalah pemilik Jakarta International Expo, kawasan konvensi terbesar di Jakarta. Lewat Central Cipta Murdaya Group, Murdaya memiliki bisnis di sektor kelapa sawit, mekanik, dan IT.
Ciliandra Fangiono masih berusia 41 tahun. Terbilang sangat muda untuk punya kekayaan US$ 1,42 miliar atau setara Rp 18,9 triliun dan masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ciliandra kini menjabat sebagai CEO First Resource, perusahaan minyak sawit yang terdaftar di bursa Singapura. Perusahaan ini punya perkebunan di Indonesia. Keluarganya memiliki 2/3 saham perusahaan ini, di mana ayanya, Martias mendirikan perusahaan lebih dari 20 tahun lalu.
Sebelum bergabung di perusahaan ini, Ciliandra bekerja di Merril Lynch divisi investment banking di Singapura. Termuda kedua setelah Ciliandra adalah Iwan Lukminto. Iwan adalah anak dari pendiri pabrik tekstil, Sritex, asal Solo, HM Lukminto. HM Lukminto mendirikan Grup Sritex pada 1966 dengan memulai membuka toko batik di Solo.
Iwan mulai punya peran di Sritex pada 1997. Dia kini memiliki harta US$ 490 juta atau setara Rp 6,6 triliun. Karena itu, dia berada di urutan ke 48 di dalam daftar 50 orang terkaya RI. Kemudian Arini Subianto, yang merupakan wanita terkaya di Indonesia saat ini. Di daftar 50 orang terkaya RI, Arini berada di urutan ke 37 dengan kekayaan mencapai US$ 820 juta atau sekitar Rp 11,07 triliun.
Di usianya yang menginjak 47 tahun, Arini kini menjadi Presiden Direktur perusahaan keluarga, Persada Capital Investama dan mengendalikan sejumlah investasi di berbagai sektor seperti produk olahan kayu, tambang batu bara, minyak sawit, juga karet.
"Iya (dari dulu tidak banyak berubah). Artinya kita belum berhasil entrepreneurship dalam jumlah yang signifikan," ungkap Bambang usai mengikuti acara Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2018 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Entrepreneur, kata Bambang merupakan bibit dari orang kaya di Indonesia, meskipun tak bisa dipastikan semuanya sukses naik kelas. Sementara hingga sekarang tidak ada penambahan entrepreneur dalam jumlah yang signifikan dari waktu ke waktu. "Karenakan orang kaya muncul dari entrepreneur, nah entrepreneur pun enggak semua langsung jadi orang kaya, jadi basisnya harus diperbesar dulu supaya nanti akhirnya ada yang menjadi orang kaya," jelasnya.
"Sekarang ini kan entrepreneur kita masih terbatas, yang naik juga makin kecil, sehingga yang berubah kecil juga, itu yang saya lihat yang terjadi di Indonesia," tegas Bambang.
No comments:
Post a Comment