Lembaga keuangan asal Swiss, Credit Suisse, baru saja merilis laporan soal kekayaan di dunia dan permasalahannya. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa generasi yang lahir pada periode 1981-1996 atau milenial mendapat situasi yang kurang mendukung untuk menjadi kaya raya pada saat ini.
Global Wealth Report 2017 yang dirilis Credit Suisse Research Institute menyatakan, awal yang sulit serta kondisi pasar yang buruk dialami oleh milenial di awal masa dewasa mereka. Hal ini kemungkinan besar akan membatasi peluang milenial untuk meningkatkan kekayaan mereka.
“Generasi ini tidak hanya terpukul oleh kerugian modal akibat krisis keuangan global, namun juga menghadapi langsung masalah pengangguran yang timbul setelah krisis, meningkatnya ketidaksetaraan pendapatan serta harga properti yang meningkat, peraturan hipotik yang lebih ketat, dan di beberapa negara terdapat kenaikan utang mahasiswa yang cukup besar,” tulis laporan itu, dikutip Kamis (23/11).
Milenial juga dinilai cenderung mendapatkan akses yang lebih sedikit ke dana pensiun daripada para pendahulunya karena malasnya generasi melenial untuk membaca serta kebiasaan generasi milenial untuk selalu bergantung pada orangtua atau teman.
Dampak kekayaan dari krisis keuangan global dan isu-isu lain yang dihadapi oleh milenial ditunjukkan oleh data terbaru AS yang menunjukkan kekayaan rata-rata orang berusia 30-39 pada tahun 2017 adalah US$72.400. Angka itu 46 persen di bawah kekayaan pada usia yang sama dengan mereka yang pada tahun 2017 berusia 40-49 sebesar US$134.800.
“Data ini mengisyaratkan, milenial berada di posisi awal yang tidak menguntungkan membuat mereka lebih berhati-hati terhadap utang daripada gerenasi sebelumnya. Rasio utang terhadap pendapatan mereka dimulai lebih tinggi daripada kelompok sebelumnya, sebelum menurun karena mereka tampaknya menjadi lebih berhati-hati setelah krisis,” jelas laporan itu.
Sebagian milenial dinilai telah menjadi makmur meskipun menghadapi kesulitan, seperti tercermin dalam gambaran lebih positif yang diperlihatkan milenial di China dan juga sejumlah pasar negara berkembang lainnya. “Meskipun jumlahnya masih sangat kecil, ada juga kenaikan baru-baru ini, secara mutlak, dalam jumlah miliarder muda,” imbuh laporan itu.
Akan tetapi, prospek global secara keseluruhan untuk milenial adalah bahwa mereka tidak hanya akan mengalami tantangan yang lebih besar dalam membangun kekayaan di masa depan, namun juga akan terus menghadapi ketidaksetaraan kekayaan yang lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya.
Dalam laporan juga disebutkan, secara global, jumlah jutawan tercatat telah meningkat sebesar 170 persen sejak tahun 2000, sementara jumlah individu berkekayaan bersih ultra tinggi telah meningkat lima kali lipat, membuat mereka menjadi kelompok pemegang kekayaan yang paling cepat tumbuh sejauh ini.
Komposisi segmen jutawan berubah dengan cepat. Pada tahun 2000 sebanyak 98 persen jutawan terkonsentrasi pada negara-negara berpenghasilan tinggi. Sejak saat itu, telah bertambah 23,9 juta jutawan baru. Sementara 2,7 juta jutawan atau 12 persen dari total jutawan, berasal dari negara berkembang.
Ekonomi berkembang menyumbang 6 persen dari segmen ini pada tahun 2000. Namun sejak saat itu telah menciptakan 22 persen pertumbuhan individu berkekayaan bersih ultra tinggi . China sendiri menyumbangkan sekitar 17.700 orang, 15 persen dari individu berkekayaan bersih ultra tinggi baru di dunia.
No comments:
Post a Comment