Wednesday, November 8, 2017

Kebijakan Upah Murah Mulai Pukul Industri Retail Indonesia

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menemukan indikasi bahwa upah yang rendah di sektor pertanian menjadi penyebab tingkat konsumsi rumah tangga kuartal III 2017 melambat.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, pertumbuhan tingkat konsumsi saat ini hanya sebesar 4,93 persen atau di bawah persentasi pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 5,06 persen. Angka itu juga lebih rendah dari level konsumsi kuartal II 2017 yang sebesar 5,01 persen.

"Ini harus dilihat secara hati-hati, di satu sisi inflasi sangat rendah. Ini ada satu anomali," ucap Sri Mulyani, Rabu (8/11). Menurut Sri Mulyani, jika indikasi perlambatan konsumsi rumah tangga ini memang berasal dari kalangan menengah ke bawah, maka pemerintah bakal lebih fokus lagi untuk menyediakan kas yang langsung bisa diterima oleh masyarakat.

"Bisa Program Keluarga Harapan (PKH) ataupun melalui dana desa itu harus dilakukan dengan desain agar masyarakat bisa langsung menikmati, sehingga daya belinya meningkat," jelas Sri Mulyani. Namun demikian, pemerintah juga terus memonitor perilaku kelas menengah ke atas. Pasalnya, Sri Mulyani kekeh daya beli masyarakat secara keseluruhan masih ada karena tabungan masyarakat di bank tinggi.

"Tabungan diatas Rp5 miliar, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga naik. Ini berarti masalah apakah mereka berubah dari sisi pola konsumsi dan perubahan itu belum terekam di seluruh konsumsi yang dicatat BPS," jelas Sri Mulyani.

Ia menambahkan, tingkat kepercayaan konsumen sejauh ini juga terbilang masih tinggi. Maka itu, pemerintah akan terus melakukan pembahasan untuk mencari jawaban atas kondisi ini. "Jika memang berhubungan dengan pendapatan maka berhubungan dengan kesempatan bekerja," imbuh Sri Mulyani.

Untuk mengatasinya, pemerintah akan mendongkrak tingkat konsumsi dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). "Kalau untuk menengah ke atas dan berhubungan dengan lapangan kerja maka indikator seperti impor bahan dan investasi yang naik, indikator ini menunjukan kesempatan kerja akan tercipta," pungkas Sri Mulyani

No comments:

Post a Comment