Kinerja emiten ritel agaknya gigit jari. Pelemahan yang terjadi sejak paruh pertama tahun ini berlanjut hingga kuartal ketiga tahun ini. Tengok saja, laba bersih emiten ritel kelas kakap PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk terjun bebas hingga 72,98 persen.
Pada kuartal ketiga tahun lalu, perusahaan minimarket merek Alfamart itu sukses mengantongi laba bersih sebesar Rp360,13 miliar. Namun, pada periode yang sama tahun ini, perolehan laba bersihnya cuma Rp97,3 miliar. Serupa tapi tak sama. Laba bersih PT Matahari Department Store Tbk juga melorot sampai 6,83 persen, yaitu dari Rp1,61 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi Rp1,5 triliun pada September ini. Beruntung, penurunannya tak sedalam emiten berkode AMRT.
Sementara, laba bersih PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) tumbuh tipis 1,69 persen menjadi Rp367,79 miliar per kuartal ketiga. Maklumlah, pendapatan perusahaan juga cuma 3,28 persen menjadi Rp4,41 triliun. "Laba bersih sedikit lebih rendah dari perkiraan kami, karena hanya mencapai 88 persen dari konsensus sepanjang tahun. Biasanya, kinerja kuartal III 2017 mencapai 89 persen-91 persen," papar analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya, Kamis (2/11).
Selain itu, penutupan gerai supermarket yang dilakukan perusahaan beberapa waktu lalu ternyata membawa dampak positif untuk beban operasional. Sebut saja, biaya sewa, listrik, dan pemeliharaan perusahaan jadi turun pada kuartal ketiga jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, yaitu masing-masing 12 persen, 4 persen, dan 14 persen.
Di tengah perlambatan usaha ritel, dua emiten kelas kakap lainnya, yakni PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), malah sukses mengantongi pertumbuhan double digit. Mitra Adiperkasa meraup pertumbuhan laba bersih tertinggi, yaitu 106 persen menjadi Rp248,49 miliar dan laba bersih Ace Hardware tumbuh 10,55 persen dari Rp476,2 miliar menjadi Rp526,46 miliar.
Laba bersih PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk anjlok 72,98 persen, sedangkan laba PT Matahari Department Store Tbk melorot 6,83 persen pada kuartal ketiga. Namun, sebetulnya, pendapatan kedua emiten ritel di atas cuma 13,5 persen untuk MAPI dan 18,8 persen untuk ACES. Pengurangan beban, pengurangan rugi kurs dan keuntungan lainnya menjadi penopang laba.
Analis Recapital Sekuritas Kiswoyo Adi Joe mengungkapkan, kinerja positif yang mampu diraih oleh perusahaan karena bisnisnya tak hanya mengandalkan penjualan pakaian dan kebutuhan primer, melainkan juga makanan dan minuman. “MAPI kan naik tinggi karena ada unit usahanya, seperti kafe Starbucks kan masyarakat sekarang lebih suka nongkrong,” kata Kiswoyo.
Kemudian, pertumbuhan Ace Hardware juga tak terlepas dari produk yang dijajakannya, yakni barang elektronik, barang kebutuhan sehari-hari, tapi unik. “Seperti colokan listrik dan kacamata renang,” imbuh dia. Christine menyebutkan, selama sembilan bulan terakhir, same store sales growth atau rata-rata penjualan toko turun 2,7 persen. Jumlah volume penjualannya juga turun, bahkan lebih dalam mencapai 24,5 persen. Akibat kinerja penjualan usai lebaran yang tak terlalu mengilap.
Menurut Kiswoyo, peralihan belanja masyarakat pada penjualan daring (online) dari konvensional menjadi salah satu penyebab kinerja emiten ritel suam-suam kuku. "Terus, ada juga yang beralih lebih digunakan untuk liburan, tiket pesawat mayoritas habis terus," tutur dia. Dengan demikian, ia melihat masyarakat masih memiliki daya beli. Hanya saja, mereka selektif dalam membelanjakan dananya.
Bila tahun-tahun sebelumnya belanja pakaian dilakukan di department store menjadi pilihan utama masyarakat, kini berbelanja melalui e-commerce lebih diminati oleh masyarakat.
No comments:
Post a Comment