Monday, November 13, 2017

Perbankan Indonesia Diam Diam Kurangi Ribuan Karyawan

Periode September 2016 hingga September 2017, jumlah karyawan atau pegawai sejumlah bank mengalami penurunan. Dari data yang dihimpun laporan keuangan bank pada September 2017 yaitu :
  • PT Bank Danamon Tbk mencatatkan jumlah pegawai 30.226 atau berkurang 2.436 karyawan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 32.662. Namun ini jumlah pegawai Danamon dan anak usahanya.
  • PT Bank OCBC NISP Tbk pada September 2017 tercatat 6.511 pegawai, berkurang 363 karyawan dibandingkan periode September 2016 6.874 pegawai.
  • PT Bank CIMB Niaga Tbk, yang jumlah pegawainya pada September 2017 tercatat 12.981 orang, berkurang 88 karyawan dibandingkan September 2016 yang sebanyak 13.069 pegawai. 
  • PT Bank Bukopin Tbk jumlah pegawainya pada September 2017 tercatat 5.974 orang, berkurang 153 karyawan dibandingkan September 2016 yang sebanyak 6.127 orang.

Pengamat Ekonomi, Aviliani, menjelaskan berkurangnya jumlah pegawai bank adalah fenomena yang wajar dalam hal efisiensi.  "Untuk pegawai itu kan biayanya besar, apalagi sekarang sudah ada branchless banking dan teknologi. Sebenarnya ini hal yang wajar di dunia," kata Aviliani.

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menjelaskan, pihaknya tahun depan tak akan menambah mesin ATM dan kantor cabang. Direktur Bisnis Menengah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Putrama Wahju Setiawan, mengatakan alasannya karena banyak nasabah lebih menyukai transaksi yang praktis dan mudah menggunakan teknologi. Seperti internet banking, mobile banking hingga SMS banking. Selain itu juga mulai digalakkannya lesscash society atau gerakan nasional non tunai.

Menurut dia hal ini juga dilakukan sebagai cara untuk efisiensi. "Memang sekarang bank sedang diminta untuk efisiensi. Strategi kami memaksimalkan jaringan ATM Link milik Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) agar bisa dimanfaatkan nasabah antar bank BUMN," kata Putrama.

Dia menjelaskan, bank juga akan tetap melakukan pembaruan mesin dan sistem ATM. Hal ini dilakukan agar teknologi tidak ketinggalan zaman. "Saat ini kan mesin ATM tidak berfungsi sebagai vending machine uang, tapi untuk mesin setor tunai. Kita harus upgrade semuanya agar tidak ketinggalan dengan yang lain," jelas dia. Sekedar informasi jumlah mesin ATM BNI adalah 17.557 unit.

Kemudian Putrama juga menjelaskan tidak akan menambahkan kantor cabang terlalu banyak. "Kami berdayakan saja cabang yang ada kami maksimalkan kerjanya," imbuh dia. Jumlah kantor cabang bank berdasarkan statistik perbankan (SPI) mengalami penyusutan sebanyak 134 unit sekak periode Agustus 2016-Agustus 2017.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan saat ini masyarakat sudah melek teknologi dan menggunakan elektronik channel seperti mobile banking dan internet banking untuk bertransaksi. Selain itu digitalisasi juga membuat bank bisa lebih efisien karena tidak perlu membuka cabang baru.

"Teknologi kan memungkinkan bank tidak perlu membuka cabang baru. Seperti agen branchless banking atau layanan keuangan digital (LKD) ini lebih efisien. Kalau dulu ketika bank mau perluasan kan harus buka cabang. Sekarang tidak perlu, karena bisa pakai agent atau elektronik mobile banking. Ini bagus, bank lebih efisien," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Gedung OJK, Jakarta, Jumat (10/11/2017).

"Harapan kami industri perbankan bisa lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi secara terukur. Prosesnya akan paralel, tidak langsung sehingga imbas kepada tenaga kerja tidak signifikan," kata Wimboh. Menurut dia, bank yang tidak mengikuti digitalisasi akan kalah dalam berkompetisi dengan bank lain. Kompetisi di industri keuangan saat ini berbasis teknologi.

"Bahkan lembaga non jasa keuangan sudsh mengeluarkan produk fintech yang mampu memberikan jasa seperti apa yang diberikan lembaga keuangan," imbuh dia. Dia mengatakan, dalam bertransformasi ke digital bank juga harus mengoptimalkan tenaga kerja yang ada untuk memiliki produk baru. Wimboh meyakini perkembangan teknologi tak melulu bisa menggantikan peran manusia. Dalam industri perbankan, ada bidang analisis dan riset yang akan sulit jika harus digital.

"Misalnya meskipun support datanya secara digital, tetapi semua analytic masih memerlukan analisis manusia. Mungkin nanti bank akan melakukan relokasi dari operasional yang akan di-replace oleh teknologi bisa diarahkan ke bidang yang membutuhkan analytical," imbuh dia.  Kepala Eksekutif Perbankan OJK Heru Kristiyana menjelaskan, berkurangnya jumlah kantor bank terjadi karena bank mulai mengarah ke efisiensi. Namun masih dalam taraf wajar.

"Saya belum lihat angka pastinya. Tapi kalau dilihat beban operasional bank kan makin turun. Kemudian dari berbagai operasional sudah mulai ke digital nah itu lebih efisien jadinya," imbuh dia. Para perbankan kini tengah gencar melakukan efisiensi. Akibatnya pengurangan karyawan juga dilakukan.

Efisiensi juga dilakukan oleh Bank BUMN sekelas PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Namun manajemen menegaskan bahwa tidak melakukan pengurangan karyawan. Dari sisi karyawan BRI melakukan efisiensi dengan melakukan pergeseran komposisi karyawan support atau di bidang pelayanan ke sisi penjualan atau marketing.

Saat ini komposisi dari sekitar 130 ribu karyawan BRI 55% merupakan karyawan support dan 45% merupakan karyawan penjualan.

"Ke depan support kita kurangi, kita akan alihkan ke marketing. Marketing akan bertambah," kata Direktur UMKM BRI, Priyastomo di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (10/11/2017). Nantinya, kata Tom, karyawan di bidang support akan dialihkan menjadi marketing. Sehingga ke depannya persentase karyawan akan berubah 60% untuk penjualan dan 40% untuk karyawan support.

"Kita juga punya banyak anak usaha. Kita akan alihkan ke anak usaha yang membutuhkan karyawan," tambahnya. Menurut Tomo, struktur karyawan tersebut sebagai dampak dari proses digitalisasi perbankan yang dikembangkan perseroan. Dengan adanya digital banking maka kebutuhan akan karyawan disisi pelayanan pun akan berkurang.

Sementara Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo mengatakan, keseriusan BRI mengembangkan digital bankin dengan menambah belanja modal (capital expenditure/capex) dari tahun ini Rp 5 triliun menjadi Rp 7 triliun di tahun depan.

"Untuk penggunaannya 40% tahun ini untuk IT, tahun dengan 40-50% juga untuk IT. Ini bukti keseriusan BRI memangkas proses operasional lebih singkat. Bagi BRI tentu akan lebih murah. Tapi kami tidak ingin merumahkan karyawan, itu jadi pilihan terakhir, atau bahkan tidak jadi pilihan. Sebab kami banyak anak usaha yang bisa dioptimalisasikan," tandasnya.

Jumlah pegawai di beberapa bank nasional berkurang cukup signifikan dalam satu tahun terakhir, yakni dari periode September 2016-September 2017.  Menanggapi hal tersebut Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aslan Lubis menjelaskan memang banyak bank yang melakukan efisiensi karena dorongan teknologi.

"Kondisi ini memaksa bank untuk memanfaatkan teknologi seperti yang kita kenal dengan digital banking, kan lebih mudah dan cepat tanpa harus ke kantor," kata Aslan.

Dia menjelaskan akibat teknologi tersebut, kantor cabang dinilai semakin sepi. Sehingga bank menutup beberapa kantor cabang khususnya cabang pembantu dan mengalihkan layanannya ke kantor bank terdekat. "Otomatis pengurangan jaringan kantor akan mendorong bank melakukan rasionalisasi jumlah pegawai," ujar dia.

Aslan juga menjelaskan, berkurangnya jumlah pegawai di sebuah bank, biasanya terjadi karena ada pegawai yang pensiun tapi tidak segera dicari penggantinya oleh bank. Pengamat Ekonomi, Aviliani menambahkan, selain itu para pekerja juga harus mempersiapkan di era digital ini. Pasalnya, memang akan terjadi perubahan yang signifikan oleh teknologi.

"Pekerjanya juga harus mempersiapkan diri, ke depan akan ada shifting besar-besaran dari konvensional ke digital yang memerlukan sedikit tenaga manusia. Harus punya skill lain agar bisa bertahan," jelas Aviliani. Selain itu era persaingan bebas pada 2020 di masyarakat ekonomi Asean (MEA) sektor keuangan, pasti bank sudah memilah bagian mana yang akan dipangkas untuk bisa bersaing dengan negara asing.

Jumlah pegawai beberapa bank tercatat mengalami penurunan dari periode September 2016 ke September 2017. Termasuk bank BUMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk. Corporate Secretary Bank Mandiri, Rohan Hafas membenarkan berkurangnya pegawai Bank Mandiri. Namun hal tersebut masih dalam batas normal.

"Kalau pegawai berkurang itu dalam perusahaan masih wajar. Karena ada yang purna tugas, pindah kerja dan tidak ada yang mengkhawatirkan, jumlah pegawai Bank Mandiri termasuk pekerja alih daya sekitar 77.000 orang, jadi kalau berkurang sekitar 500 orang periode Januari 2017-September 2017 masih wajar," kata Rohan.

Dia menjelaskan, dalam sebuah perusahaan termasuk bank. Aliran keluar masuk pekerja merupakan siklus yang normal. Karena itu untuk meningkatkan kualitas dan loyalitas maka Bank Mandiri rutin menggelar pelatihan dan pendidikan untuk pegawai.

"Setiap hari pasti ada perekrutan, jadi pasti pegawai ada yang keluar masuk. Misalnya ada 3 pegawai resign, lalu satu minggu kemudian 5 pegawai baru masuk. Tapi belum tercatat, selalu seperti itu," jelas dia. Selain Mandiri bank lain seperti Bank Danamon, OCBC NISP, CIMB Niaga dan Bank Bukopin juga mencatatkan penurunan jumlah pegawai. Berkurangnya pegawai disebut bankir sebagai siklus normal keluar masuk pegawai di perusahaan.

No comments:

Post a Comment