Monday, May 10, 2010

Harga Telur Terus Terpuruk

Harga telur tidak kunjung membaik sejak Lebaran tahun lalu. Terpuruknya harga diperkirakan bakal berlangsung sampai April 2011. Ada tiga penyebab utama, yakni akibat kelebihan pasokan, penurunan daya beli masyarakat, serta serbuan tepung telur impor.

Ketua Umum Pusat Informasi Pemasaran Hasil-hasil (Pinsar) Unggas Nasional Hartono mengungkapkan, saat ini harga telur di kandang hanya Rp 9.800-Rp 10.000 per kilogram. Bahkan di beberapa daerah harga menyentuh Rp 9.200 per kilogram, tergantung biaya transportasi.

”Harga telur yang rendah terjadi sejak September 2009 dan belum pulih hingga sekarang,” kata Hartono saat dihubungi, Senin (10/5) di Bogor, Jawa Barat.

Idealnya, kata Hartono, harga telur di tingkat peternak Rp 12.000-Rp 13.000 per kilogram. Mengingat titik impasnya Rp 11.200-Rp 11.700 per kilogram. ”Bila rendahnya harga telur dibiarkan, sulit bagi peternak untuk bertahan,” katanya.

Apalagi bagi peternak kecil yang memelihara ayam petelur 500-20.000 ekor. Guncangan kecil akan memukul mereka.

Hartono menyatakan, ada tiga penyebab jatuhnya harga telur. Pertama karena kelebihan pasokan sehingga menekan harga jual telur di pasar. Untuk stabil lagi perlu waktu 85 minggu atau satu siklus produksi telur. Kedua, daya beli masyarakat menurun.

Pendapat senada diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Turni Rusli Syamsuddin. ”Penurunan harga produk hewan tidak hanya pada telur. Harga daging ayam juga turun dari Rp 12.000 menjadi Rp 11.800 per kilogram untuk ayam dengan berat 1,5-1,8 kilogram,” katanya.

Penyebab ketiga karena pasar telur segar terus terdesak telur olahan impor dalam bentuk tepung telur. Tepung telur banyak dimanfaatkan industri makanan serta usaha perhotelan.

Tepung telur lebih disukai karena praktis dan daya tahannya lebih lama, apalagi harga tepung telur impor lebih murah.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan secara terpisah mengatakan, tepung telur belum mengganggu produksi telur segar di dalam negeri.

”Sampai saat ini, produksi tepung telur di dalam negeri sangat sedikit. Kementerian Perindustrian beberapa tahun lalu pernah mendorong industri tepung telur, tetapi gagal karena sistem pembakarannya tidak memadai,” kata Thomas.

Upaya khusus

Hartono menyatakan, harus ada langkah khusus dari pemerintah untuk memulihkan harga telur. Dalam jangka pendek harus mendorong peternak bersatu sehingga bisa meningkatkan posisi tawar di hadapan pedagang. Untuk jangka menengah-panjang, perlu didorong pembangunan industri tepung telur. Investasinya hanya 3,5 juta euro, tetapi perlu dukungan nyata pemerintah.

Ada 200.000 orang terlibat dalam usaha ternak ayam petelur. Industri telur menjadi penting karena mampu menggerakkan ekonomi pedesaan. Bahan baku pakan ayam petelur sebagian dibeli dari hasil panen masyarakat desa sehingga terpuruknya harga telur langsung mengimbas pada ekonomi pedesaan

No comments:

Post a Comment