Direktur Utama PT PLN, Dahlan Iskan, mengaku sempat mengancam akan membatalkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara di Jeranjang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, karena meragukan kontraktor pelaksananya.
"Terus terang saya ancam akan membatalkan kontraknya itu karena tidak peroleh keyakinan kuat bahwa itu bisa selesai cepat," kata Dahlan Iskan, usai pertemuan silaturahim dengan jajaran PLN Wilayah NTB di Mataram, Senin.
Ia mengaku kaget ketika pada Minggu (2/5) meninjau lokasi pembangunan PLTU batu bara Jeranjang dan menemukan kenyataan yang tidak sesuai harapan.
Semestinya, sudah ada pemancangan tiang PLTU Jeranjang itu sebagai tanda pekerjaan fisik PLTU batubara itu sedang berlangsung.
"Saya kaget, namanya saja proyek percepatan ternyata lambat sekali, saya sampai di sana belum ada pemancangan tiang itu, saya tidak menyangka seperti itu, tetapi itulah kenyataannya," ujarnya.
Dahlan mengaku menarik kembali ancaman itu setelah menemui kontraktor pelaksana proyek PLTU Jeranjang itu dan mendapat keyakinan proyek tersebut akan terlaksana sesuai harapan.
Pemerintah mulai merealisasikan pembangunan PLTU batu bara di dua lokasi masing-masing di Dusun Taman dan Dusun Jeranjang, Desa Kebon Ayu, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat, NTB, yang diawal pembangunanya ditargetkan beroperasi pada triwulan kedua dan ketiga tahun 2010.
PLTU yang dibangun di Dusun Taman dinamakan PLTU 1 Lombok berkapasitas 1 x 25 MW yang dibiayai oleh APBN sesuai DIPA Departemen ESDM tahun anggaran 2009, dan ditargetkan beroperasi pada triwulan kedua tahun 2010.
Total biaya pembangunan PLTU itu sebesar Rp296,3 miliar, dan khusus tahun anggaran 2009 pelaksanaan proyek tersebut mendapat dukungan dana stimulus sebesar Rp68,8 miliar selain alokasi DIPA reguler tahun 2009 sebesar Rp64,2 miliar.
Pelaksanaan proyek PLTU 1 Lombok itu dipercayakan kepada perusahaan konsorsium yang terdiri dari PT Wasa Mitra Engineering, PT Twink Indonesia dan PT Ciria Putra Sinergi.
Sementara PLTU di Dusun Jeranjang dinamakan PLTU 2 Lombok berkapasitas 2 x 25 MW yang dibiayai dari anggaran PLN (APLN) yang juga merupakan bagian dari Program Percepatan 10 ribu MW Tahap I.
Pembangunan PLTU 2 Lombok itu dipercayakan kepada PT Barata Indonesia (Persero) dengan sistem "turnkey" (EPC), dengan nilai kontrak yang terbagi dalam dua bagian mata uang yakni sebanyak 30,7 juta dolar AS dan Rp354,3 miliar.
Semula PLTU 2 Lombok unit 1 ditargetkan dapat beroperasi pada Agustus 2010 dan unit dua diharapkan sudah beroperasi dua bulan kemudian atau pada oktober 2010, namun ternyata baru akan dapat beroperasi di tahun 2011.
Menurut Dahlan Iskan, PT Barata Indonesia (Persero) merupakan kontraktor yang sarat pengalaman yang akan menangani pelabuhan (civil work) PLTU Jeranjang.
"Ternyata agak terlambat realisasi fisiknya karena kontrak pelaksanaan proyek tersebut baru terealisasi Pebruari lalu, dan kini mereka tengah melakukan persiapan-persiapan untuk pekerjaan sipil, namun ada keyakinan dapat dirampungkan September mendatang," ujarnya.
Dahlan mengatakan, pihaknya juga telah mengingatkan kontraktor pelaksana PLTU Jeranjang agar September mendatang pelabuhan sudah rampung terutama jaringan air (water intake) ke mesin pembangkit.
Jaringan air itu merupakan komponen PLTU Jeranjang atau PLTU 2 Lombok berkapasitas 2 x 25 MW yang dibiayai dari anggaran PLN (APLN) yang juga merupakan bagian dari Program Percepatan 10 ribu MW Tahap I, yang harus dibangun lebih dulu meskipun komponen lainnya belakangan.
September nanti, PLTU yang dibangun di Dusun Taman (PLTU 1 Lombok) berkapasitas 1 x 25 MW yang dibiayai oleh APBN sudah harus dites karena Oktober nanti dioperasionalkan.
"Nantinya, operasional PLTU 1 Lombok menggunakan jaringan air PLTU 2 Lombok atau PLTU Jeranjang yang belum terbangun, yang terpenting saat PLTU 1 beroperasi telah didukung fasilitas utama," ujar Dahlan.(A058/M012)
No comments:
Post a Comment