Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai perkembangan makro ekonomi 2011 cukup baik sehingga kondusif untuk pengembangan usaha.
Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto dalam konferensi pers "Catatan Akhir Tahun 2011 Menyongsong 2012" di Jakarta Rabu menyebutkan, indikator ekonomi seperti inflasi, nilai tukar tingkat suku bunga, cadangan devisa dan lainnya semakin membaik.
Menurut dia, selama 2011 pertumbuhan ekonomi diperkirakan cukup tinggi dan tingkat inflasi yang rendah terjadi bersamaan dengan indeks tendensi bisnis yang cukup baik.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2012, Kadin memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit mengalami penurunan dibanding tahun 2011, yaitu mencapai kisaran 6,2 hingga 6,4 persen.
Jika pemerintah tidak melakukan antisipasi terhadap krisis global, maka dampaknya akan lebih berat terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi 2012 akan cenderung lebih rendah lagi.
Selain pertumbuhan ekonomi yang berkisar 6,2 - 6,4 persen, Kadin juga memproyeksikan sejumlah indikator makro ekonomi tahun 2012 yakni inflasi sekitar 3,5 hingga 5,5 persen, harga minyak dunia berkisar 90 dolar AS per barel, suku bunga acuan 6,0 persen, tingkat kemiskinan 11,7 persen, kurs 8.900 - 9.100 per dolar AS, dan tingkat pengangguran 6,3 persen.
"Perekonomian Indonesia jelas terpengaruh faktor krisis ini sehingga Indonesia harus mengantisipasi dan menyiapkan diri terhadap kemungkinan dampak krisis tersebut," kata Suryo.
Suku bunga
Pada kesempatan yang sama Kadin juga mengharapkan suku bunga kredit perbankan dapat berada di level 8,0 persen atau di bawahnya mengingat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sudah berada di level 6,0 persen.
"Saya pikir kalau 8,0 persen masih pada target yang realistis untuk bisa kita capai. Dan ini harus merupakan sesuatu yang mudah-mudahan pemerintah dapat bekerja keras," kata Suryo.
Ia menilai agak aneh jika BI rate sudah turun tetapi suku bunga perbankan masih tinggi. Sejauh ini, Kadin Indonesia melihat upaya yang dilakukan BI tidak diikuti dengan penurunan tingkat bunga bank-bank komersil.
Menurut dia, selisih besar antara tingkat BI Rate dengan suku bunga kredit perbankan kemungkinan mengindikasikan adanya efisiensi yang rendah di perbankan nasional.
Suryo menyebutkan, usaha yang lebih keras harus dilakukan untuk mewujudkan tingkat bunga kredit yang lebih rendah. Hal itu penting untuk meningkatkan daya saing dunia usaha nasional ketika berhadapan dengan negara-negara tetangga.
Kadin menilai, tingkat suku bunga pinjaman perbankan di Indonesia masih jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain.
"Akibatnya dunia usaha, utamanya usaha kecil dan menengah masih tetap belum dapat menikmati perbaikan kondisi eksternal pasar keuangan yang baik pada saat ini," ujar Suryo.
Menurut dia, dunia usaha tidak bisa memaksimalkan pemanfaatan momentum dana melimpah ketika suku bunga tetap pada level yang tinggi.
"Kadin meminta agar tingkat bunga dapat diturunkan sehingga memberikan insentif bagi swasta untuk berinvestasi," katanya.
No comments:
Post a Comment