Bank Dunia mencatat peningkatan jumlah warga kelas menengah di Indonesia. Dari tahun 2003-2010, jumlah kelas menengah bertambah 50 juta menjadi 131 juta jiwa. Walau sebagian besar penambahan terjadi di level bawah dari kelas menengah --pengeluaran harian 2-6 dollar A S dari rentang pengeluaran 2-20 dollar AS sebagai patokan kelas menengah--, kondisi ini sangat berarti bagi perekonomian.
Peningkatan jumlah kelas menengah ini diyakini memberikan tambahan dukungan bagi permintaan dalam negeri dan pertumbuhan di masa depan. Konsumsi dalam negeri yang tinggi menjadi faktor utama ketahanan negeri ini saat krisis keuangan tahun 2008. Konsumsi yang naik sekitar 4,6 persen tahun 2010 dan 4,9 persen tahun 2009 berada di balik pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif.
Dari sisi fundamental, Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memuji Indonesia. Negeri ini disebut satu-satunya dari negara anggota ASEAN-4 yang diprediksi bakal lebih stabil dengan dorongan kuat dari sisi permintaan sehingga mampu tumbuh 6,4 persen (2011) dan 6,7 (2012). Anggaran utang pemerintah terhadap PDB di bawah 30 persen juga dinilai masih masuk akal bagi penguatan perekonomian.
Sebagai tujuan investasi, Indonesia saat ini dinilai lebih menarik dibandingkan China dan India sekalipun. Kedua negara itu dianggap sudah mengalami masa pemanasan berlebihan karena pengembangan infrastruktur dan sektor riil lainnya semakin kecil. Indonesia har us mampu memanfaatkan kondisi kurang menguntungkan kalau tidak mau disebut cenderung mengkhawatirkandi kawasan Eropa dan AS.
Kondisi di atas jelas menjadi sentimen positif bagi pasar modal kita. Kelas menengah bakal menjadi pendorong pertumbuhan. Pasar keuangan bakal lebih ramai mengingat jumlah tabungan kelas menengah bakal lebih besar. Stimulasi bagi sektor keuangan untuk menyalurkan tabungan bagi kegiatan produktif.
Naiknya jumlah masyarakat kelas menengah menambah keyakinan PT Bursa Efek Indonesia yang menargetkan investor domestik tahun 2012 sedikitnya 2,3 juta orang dari 1,1 juta saat ini. Dibandingkan dengan investor pasar modal di kawasan Asia, kita masih kalah dari sisi jumlah. Di India sudah 20 juta. Malaysia mencapai 5 juta.
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan regulator lain di pasar modal (SRO) tak tinggal diam untuk menambah jumlah investor domestik. BEI antara lain punya forum calon investor, pertemuan bisnis, forum investor, sekolah pasar modal, mendirikan pusat informasi pasar modal (PIPM) , dan bersama Perhimpunan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (P3MI) mendirikan Institut Pasar Modal Indonesia (TICMI).
Selama periode Januari- Juli 2011, BEI telah melakukan roadshow Forum Calon Investor di sembilan kota, bersama Kementerian Keuangan melakukan kegiatan Pre-Marketing ORI008 di 12 kota, dan enam kali menggelar forum investor.
BEI juga sedang mempersiapkan peresmian empat PIPM baru, yaitu di Medan, Banda Aceh, Bandung dan Jayapura. Sehingga nantinya PIPM akan berada di 17 kota di Indonesia.
Selama periode Januari Juli 2011, Sekolah Pasar Modal juga telah digelar di 13 kota di mana PIPM berada (di luar PIPM Surabaya) telah dilaksanakan sebanyak 32 gelombang dengan total jumlah peserta 1.440 orang.
Khusus TICMI diselenggarakan untuk mengejar gap antara jumlah investor dan pelaku pasar. Kita sudah menyadari kekurangan sumber daya manu sia itu, terlebih karena ada tuntutan lisensi untuk bidang-bidang khusus di pasar modal. Dari sanalah kemudian muncul TICMI, kata Direktur Pengembangan BEI, Friderica Widyasari Dewi, akhir Oktober lalu.
Saat ini, TICMI merupakan satu-satunya lembaga pendidikan dan pelatihan pasar modal yang juga menyelenggarakan ujian sertifikasi profesi pasar modal di Indonesia. Selain TICMI, sebelumnya ada Panitia Standar Profesi. Ditargetkan TICMI mampu melahirkan lulusan rata-rata 100 orang pertahun.
Ini akan menambah jumlah pemegang lisensi di pasar modal yang menurut data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan rata-rata per tahun bertambah 500an orang.
Direktur Eksekutif TICMI, Rini Amidjono mengungkapkan, masih ada gap 2.000 orang saat ini antara pelaku pasar modal dan investor. Ini dengan asumsi satu orang pelaku pasar melayani rata-rata 1.000 investor. Saat ini jumlah pelaku pasar 9.000-an orang. Kebutuhan pelaku pasar meningkat seiring pertumbuhan jumlah investor.
Ada informasi, BEI bersama SRO akan mengumpulkan 10.000 orang dalam satu acara khusus bertajuk Gerakan Cinta Pasar Modal di awal tahun depan. Ini diharapkan menjadi momentum pertumbuhan investor. Program-program sejenis dan yang sudah ada bakal ditunjang dengan pertumbuhan perekonomian menjadi akselerator tersendiri bagi penambahan jumlah investor di pasar modal nasional.
No comments:
Post a Comment