SOHO Group yang terdiri antara lain dari SOHO Group, Pharma SOHO Group , Consumer Health, SOHO Group Distribution, SOHO Group Supporting Function berhasil meraih penghargaan Rekor Bisnis (ReBi) sebagai perusahaan fatmasi yang menjadi pelopor dalam memproduksi dan memasarkan obatan-obatan natural.
Bermula dari krisis moneter yang terjadi tahun 1998, agar SOHO Group untuk terus dapat bangkit , nelakukan berbagai upaya, agar perusahaan farmasi ini dapat terus melaju menurut Managing Director SOHO Group Hindrianto Lukas kepada Tribunnews.com, usai menerima penghargaan ReBi, Rabu malam ( 14/12/2011) SOHO Group melakukan diferensiasi dalam melakukan produk.
Diferensiasi produk ini ujar Hindianto, selain memproduksi produk mee too yang berbasis kimia, juga berdedikasi penuh memproduksi dan memasarkan obat berbasis natural di pasar resep maupun OTC. “ Langkah ini membuat SOHO menjadi satu-satunya perusahaan farmasi yang memiliki positioning berbeda dengan perusahaan farmasi lainnya.
Diakui Hindiarto , sebelum krisis SOHO Group juga telah memiliki produk yang berasal dari alam seperti Curcuma tablet, Curcuma Plus sirup dan Matovit, ketiga produk ini dipasarkan melalui dokter atau diresepkan . Namun menjelang tahun 2000 SOHO Group sepakat akan fokus pada produk berbahan alami.
Diakui Hindrianto , meski saat ini persaingan dan kompetisi obat alami mulai ramai, namun SOHO Group tetap percaya diri dan kini produknya mulai diperhitunhkan . Untuk tetap dapat eksis di pasar, SOHO Group tak berhenti berinovasi. Berbagai produk baru telah dikembangkan . Misalnya saja imboos effervescent, satu-satunya formula effervercent yang ada di Asia Selatan, bahkan baru-baru ini SOHO Group telah meluncurkan produk obat alami terbaru Asthin “Force Asthin”.
Terkait dengan kegiatan Rekor Bisnis , merupakan suatu bentuk apresiasi dan pengakuan tertinggi yang diberikan kepada perusahaan atau organisasi baik dari pihak swasta maupun pemerintah atas keberhasilannya dan dedikasinya yang telah menghasilkan berbagai karya terbaik di industrinya, kegiatan ini digagas oleh Handi Irawan D founder dari Tera Foundation bekerjasama dengan harian Seputra Indonesia
Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini Soho Group berhasil mencatat penjualan sebesar Rp 609 miliar. Jumlah ini naik dibandingkan penjualan tahun lalu dengan periode yang sama Rp 100 miliar. Pada kuartal I tahun lalu Soho Group berhasil memperoleh penjualan Rp 509 miliar.
Mengacu kepada data IMS Health, nenurut Executive Vice President Strategy & Business Management Soho Group, Renyati dalam acara buka puasa dengan Media, sektor farmasi di Indonesia tumbuh 12,1% pada triwulan pertama 2011 dibanding tahun lalu pada periode yang sama. Soho Group sendiri pada kuartal I 2011 mencatatkan pertumbuhan 30%.
Soho group memiliki market keempat paling besar di Indonesia setelah Kalbe Group (10%), Dexa Group (7%) dan Sanbe (6%). Berdasarkan data Soho Group, penjualan obat paling besar Soho Group didominasi oleh penjualan ke rumah sakit yakni sebesar 62%. Sedangkan penjualan ke pasar ritel cukup kecil hanya 11% dari keseluruhan penjualan Soho Group.
Terkait dengan penjualan produk farmasi di Indonesia, Menurut Rianty sepanjang kuartal I 2011, total belanja obat di Indonesia mencapai US$ 17 triliun. Dari jumlah itu, paling besar adalah obat dengan resep yakni 75%.
"Kenaikan obat dengan resep lebih besar di volume daripada nilai," kata Reny. Ini berarti, permintaan obat terhadap obat dengan resep cukup tinggi. Pasalnya, harga obat generik yang cukup rendah membuat permintaan makin besar, “ Ujar Reyanti
Sewaktu ditanyakan apakah Soho Group bakal menaikkan harga jual produknya dalam waktu dekat ?. Reyanti mengaku saat ini masih dalam proses penggodokan di tim kami. Belum bisa disebutkan jenis obat yang akan naik dan berapa kenaikannya,
Diakui Reyanti, mau tidak mau ada beberapa jenis produk obatnya terpaksa nantinya dinaikkan, mengingat harga bahan baku obat impor semakin mahal. Ia menambahkan, sejak awal tahun Soho Group belum pernah menaikkan harga. Untuk bisa bertahan dengan kondisi saat ini, sehingga perusahaan yang memproduksi obat herbal ini harus menaikkan harga.
“Rencananya, kenaikan harga obat tersebut terjadi pada bulan September. Kami akan selektif tidak semua produk obat akan naik. Kami masih memperhatikan konsumen," jelas Reny.
No comments:
Post a Comment