Pada perdagangan saham di BEI, Jumat (21/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali anjlok cukup dalam, yaitu 74,57 poin (2,16 persen) ke level 3.379,54.
Sementara indeks kelompok 45 saham unggulan (LQ45) melemah 16,02 poin ke level 605,72. Adapun indeks Kompas100 turun 18,9 poin ke posisi 768,49.
Hari Jumat kemarin, investor asing mencatat penjualan bersih Rp 1,04 triliun. Saham yang berpindah tangan mencapai 3,8 miliar unit, dengan nilai transaksi Rp 6,8 triliun. Sebanyak 179 saham anjlok, hanya 48 saham naik, serta 78 saham lainnya stagnan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengakui, anjloknya IHSG lebih disebabkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap laju inflasi.
Sementara itu, pengamat pasar modal Adler Manurung mengatakan, ”Di awal tahun ini, para investor terutama asing menyusun ulang portofolio mereka. Jadi, mereka sedang ’keluar’ meski dana itu tak ke mana-mana karena saya menduga lari ke Sertifikat Bank Indonesia dan obligasi pemerintah.”
Adler pun meyakini, para investor asing—yang ternyata masih besar pengaruhnya di nilai IHSG sedang mengincar saham perdana Garuda Indonesia dan saham baru Bank Mandiri.
”Porsi Garuda dan Mandiri pada IHSG cukup besar. Jadi mereka (investor asing) pasti menunggu itu,” ujarnya.
Ditegaskan Adler, dua perusahaan itu, yakni Garuda Indonesia dan Mandiri, memang dipercayai kinerjanya. ”Siapa berani bilang Garuda jelek. Dia bagus. Terlebih tak ada perusahaan tandingannya,” ujarnya.
Oleh karena itu, ujar Adler, seharusnya peluang untuk membeli saham Garuda Indonesia diberikan sebesar-besarnya kepada investor dalam negeri.
Dominasi asing
Lebih lanjut Adler menguraikan bahwa anjloknya indeks pada pekan ini, menggambarkan ketergantungan pasar modal Indonesia kepada investor asing belum dapat dikurangi.
”Ketika indeks melejit, kita lengah untuk menyosialisasikan pasar modal untuk menggaet investor lokal,” kata Adler.
Pendirian Sekolah Pasar Modal di Jakarta pun tak lepas dari kecaman Adler. ”Yang lebih tepat adalah menyusun kurikulum pasar modal, lantas disebar ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Supaya tumbuh itu, investor lokal yang mampu menguasai fundamental pasar modal kita,” ujarnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank Jakarta pada Jumat sore ini melemah tujuh poin ke posisi Rp 9.075 per dollar AS, dibanding sebelumnya yang Rp 9.068 per dollar AS.
”Mata uang dollar Amerika kembali rebound lebih tinggi terhadap mata uang lainnya. Itu dipicu data pertumbuhan fundamental ekonomi Amerika yang lebih baik,” kata pengamat pasar uang, Ahmad Riyadi.
Dia menambahkan, data pengangguran Amerika yang lebih baik dibanding ekspektasi mendorong optimisme terhadap pemulihan pasar tenaga kerja mengingat mengecewakannya data tersebut pada minggu yang lalu.
Namun, lanjut Ahmad, pasar eksternal masih memberikan nilai positif terhadap pasar Asia khususnya Indonesia yang mendorong pelaku asing kembali bermain untuk membeli saham dan juga memicu rupiah menguat.
”Kami optimistis pelaku akan masuk pasar membeli rupiah untuk bermain saham,” ujarnya. Dia menambahkan, penguatan dollar Amerika Serikat diprediksi sementara karena pertumbuhan fundamental ekonomi Amerika tertahan oleh data pasar perumahan di negeri itu.
No comments:
Post a Comment