Tuesday, January 25, 2011

Industri Gula Lebih Baik Di Kelola Swasta Daripada Pemerintah

pemerintah seharusnya memberi kesempatan lebih luas kepada swasta dalam produksi gula kristal putih. Pengelolaan pabrik gula oleh swasta terbukti lebih menguntungkan dibandingkan yang dikelola oleh badan usaha milik negara.

Oleh karena itu, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton J Supit, Selasa (25/1) di Jakarta, jika ada strategi yang jelas, swasembada gula tak sulit untuk dicapai.

”Pemerintah tinggal menetapkan kebutuhan itu, lalu umumkan ke publik kalau mau meningkatkan produksi gula nasional. Ajak swasta masuk, tentu dengan semangat transparansi,” kata Anton.

Transparansi dapat diwujudkan dengan mengumumkan pada masyarakat tentang peluang masuk ke industri gula, atau dengan melakukan tender. Dengan cara ini akan tampak mana perusahaan yang sungguh-sungguh dan mana yang sekadar mencari untung. ”Kalau ini dilakukan, produksi gula pasti bisa ditingkatkan,” ujar Anton.

Untuk menjamin terlaksananya investasi di industri gula, pemerintah bisa membuat kesepakatan dengan swasta, misalnya swasta wajib menaruh uang jaminan 10-20 persen dari total investasi ke pemerintah. Adapun pemerintah memberi dukungan infrastruktur, dukungan lahan melalui pemerintah daerah, dan keringanan pajak.

”Kalau sampai batas waktu yang ditentukan swasta tidak juga membangun, dana jaminan diambil pemerintah. Syaratnya, pemerintah harus merealisasikan insentif itu,” tutur Anton.

Menurut Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, di Blora dan Purbalingga, Jawa Tengah, tengah dibangun pabrik gula swasta. Dua pabrik yang beroperasi pada 2013 itu didukung 20.000 hektar lahan tebu.

Kalah produktivitas

Produksi gula nasional tahun 2009 mencapai 2,59 juta ton. Kontribusi perusahaan gula BUMN, yakni PT Perkebunan Nusantara (PTPN) II, VII, IX, X, XI, dan IX hanya 1,41 juta ton atau 54,35 persen. Produksi gula BUMN itu dihasilkan dari 51 pabrik gula, dengan lahan tebu 273.613 hektar atau 62,27 persen dari total lahan tebu nasional.

Sementara itu, sembilan pabrik gula swasta mampu memproduksi 1,18 juta ton atau 45,65 persen total produksi gula nasional. Adapun lahan tebu yang dikuasai hanya 37,73 persen dari lahan tebu nasional.

Industri gula BUMN kalah dalam produktivitas dan rendemen dibandingkan industri gula swasta. Produktivitas tebu BUMN rata-rata hanya 63,69 ton per hektar, swasta 84,45 ton. Rendemen tebu BUMN 6,85 persen, adapun swasta 9,78 persen.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Soemitro Samadikoen mengakui, kadar rendemen gula petani yang digiling di pabrik gula BUMN rendah. Padahal, kualitas tebu Indonesia tak kalah dibandingkan tebu Thailand maupun China.

No comments:

Post a Comment