Wednesday, January 19, 2011

Pasar Modal Indonesia Mudah Digoyang Spekulan

Bursa Efek Indonesia dinilai terlalu mudah digoyang oleh investor asing. Oleh karena itu, pemerintah diminta segera melakukan stabilisasi pasar modal. Tren indeks harga saham gabungan di BEI yang terus menurun harus segera diantisipasi pemerintah.

Pasalnya, hal itu dapat melemahkan nilai saham beberapa badan usaha milik negara (BUMN) yang akan dilepas ke publik dalam waktu dekat ini.

Pengamat Ekonomi Dradjad Wibowo menegaskan hal itu saat ditemui di Surabaya, Selasa (18/1) malam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga penutupan pasar tanggal 19 Januari 2011 tercatat kembali melemah, yakni 0,88 persen ke 3.517,27.

Menurut Dradjad, aksi spekulasi pasar di BEI antara lain tecermin dari keluarnya dana investor asing hingga Rp 1,63 triliun tanggal 10 Januari 2011. Hal itu mendorong IHSG BEI melemah.

Padahal, awal tahun 2011, PT Bank Mandiri Tbk akan melakukan pelepasan saham baru (rights issue) dan PT Garuda Indonesia akan melakukan penawaran saham perdana kepada publik (IPO).

Kondisi pasar yang melemah dikhawatirkan berimbas pada jumlah dan nilai saham BUMN yang akan dilepas ke publik.

”Sekarang pasar masih agak goyang akibat aksi spekulatif. Pemerintah harus melakukan upaya stabilisasi pasar agar kepercayaan investor domestik menguat,” tutur Dradjad menyarankan.

Pasar yang tidak stabil dikhawatirkan menimbulkan efek panjang berupa arus pembalikan dana yang tidak riil sebagai dampak psikologis, serta berimbas ke nilai tukar mata uang dan inflasi.

Upaya stabilisasi perlu diterapkan dengan mengerahkan seluruh BUMN yang tercatat di bursa ataupun sekuritas. Hingga kini, investor domestik belum memiliki pemimpin pasar (market leader) yang dapat dijadikan acuan sehingga pasar tidak mudah digoyang investor asing.

Menuai kontroversi

Terkait rencana IPO Garuda Indonesia, Dradjad mengingatkan pemerintah agar belajar dari kasus IPO Krakatau Steel yang menuai kontroversi dalam penetapan harga saham perdana.

Selain itu, Kementerian BUMN diminta fokus melepas saham kepada investor dalam negeri dan berkualitas. Saham perdana Garuda Indonesia akan dilepas pada harga Rp 750-Rp 1.100 per saham. Finalisasi harga dicanangkan pada 25 Januari 2011, sedangkan pencatatan di BEI pada 11 Februari 2011.

Pengamat pasar modal Adler Manurung mengatakan, naik turunnya IHSG adalah hal biasa. Dengan demikian, jangan terlalu dikaitkan dengan penawaran perdana saham Garuda.

”Tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Saya dengar pemerintah juga sampai mengumpulkan para analis untuk meminta pendapat. Itu tidak perlu. Seharusnya, bila pasar bullish (naik), ya, pemerintah sosialisasikan hal baik tentang pasar modal,” papar dia.

Saat pasar bullish juga mestinya diterbitkan regulasi yang mampu menahan anjloknya nilai IHSG. ”Bila sekarang pemerintah terlihat panik, itu tidak tepat,” ujar Adler

No comments:

Post a Comment