Tidak hanya di negara berkembang seperti di Indonesia, rakyat Amerika Serikat juga mempercayai adanya potensi konflik yang makin tinggi antara orang kaya dan orang miskin. Selain itu, antara masyarakat asli(native-born) dan pendatang, begitu pula antara orang berkulit gelap dan kulit putih.
Demikian hasil riset dari Pew Research Center yang dikutip dari Reuters, Kamis (12/1/2012). Hasil riset menemukan, sekitar 30 persen dari responden di AS menyatakan adanya konflik yang sangat kuat antara orang kaya dan orang miskin. Sebanyak 66 persen responden menyatakan, ada konflik yang sangat kuat (very strong) dan kuat (strong).
Temuan ini sangat menarik karena sejak survei yang dilakukan pada 1987 ini, ternyata ekspresi benturan kelas di survei terakhir ini menunjukkan persentase tertinggi. Umumnya, potensi benturan kelas tersebut dinyatakan oleh kaum demokrat, anak muda, perempuan, dan golongan orang berkulit gelap.
Sebagai pembanding, 62 persen orang AS mengatakan, ada konflik yang makin meruncing antara penduduk asli dan pendatang. Dulu di tahun 2009, hanya 49 persen dari responden yang mengakui adanya potensi konflik.
Hal menarik lainnya, ternyata survei dari Pew Research Center menyatakan bahwa 46 persen masyarakat AS percaya bahwa orang kaya dilahirkan dari keluarga yang kaya pula. Dan hanya 43 persen dari responden yang percaya bahwa kekayaan datang dari kerja keras, ambisi, dan pendidikan.
Kini dalam proses pemilihan presiden AS, masalah ketidakadilan dalam sistem penggajian memang menjadi salah satu topik ”jualan”. Gerakan untuk menduduki Wall Street (institusi finansial) juga mempertontonkan kegerahan dalam ketidakseimbangan kesejahteraan.
Akankah isu serupa diembuskan oleh calon presiden Indonesia pada tahun 2014 nanti?
No comments:
Post a Comment