Bagi Rick Goings, Chairman dan Chief Executive Officer Tupperware Brands Corporations, Indonesia saat ini sedang dalam era emas. Semua investor dan pebisnis ingin datang ke sini. Pria berusia 64 tahun ini melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi belakangan ini telah menimbulkan perubahan gaya hidup pada masyarakat Indonesia.
” Saya pernah ke Kalimantan 30 tahun lalu, masih sangat tertinggal. Kini semuanya bisa berinternet. Mereka kini hidup dalam masyarakat global,” ujar Goings saat ditemui di Jakarta, awal Desember 2011.
Suami dari Susan, mantan presenter jaringan televisi ABC, Amerika Serikat, ini berada di Jakarta dalam rangka pemberian penghargaan kepada sejumlah perempuan Indonesia yang berkarya di bidangnya masing-masing, yang telah mencerahkan, mendidik, dan memberdayakan perempuan di negeri ini.
Bagi Goings dan Tupperware, perempuan perlu diberikan pendidikan sehingga bisa mendidik anak-anaknya sebagai generasi penerus. ”Sangat disayangkan bahwa ada pihak yang menilai perempuan tidak perlu mendapat pendidikan,” ujar Rick Goings.
Tupperware dengan produk plastik khusus kedap udara yang bisa mengawetkan makanan ini dikembangkan Earl Silas Tupper di AS tahun 1947. Tupperware mulai dikenal di Indonesia tahun 1978 dan belakangan ini mencatat angka penjualan yang signifikan. Tahun lalu, nilai penjualan produk Tupperware dunia mencapai 2,1 miliar dollar AS (sekitar Rp 20 triliun).
Berikut petikan wawancara dengan Goings yang juga gemar golf, angkat berat, skuba, meditasi, dan berlayar ini.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup meyakinkan, apa rencana investasi Tupperware di negeri ini tahun 2012?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat perusahaan kami tumbuh 40-44 persen dari kinerja kami enam tahun lalu, jelas sangat membanggakan. Bagi konsumen di Indonesia, tahun 2012 ini kami targetkan peningkatan angka penjualan mencapai dua digit. Untuk itu, kami akan membangun gudang dan mengembangkan jaringan distribusi dan ini tentunya perlu investasi yang besar juga. Kami juga belum bisa mengekspor apa yang kami produksi di Indonesia karena semua produksi diserap di dalam negeri. Semua ini karena peningkatan kinerja selama enam tahun ini. Perusahaan kami terpilih sebagai ”perusahaan terbaik” selama tiga tahun ini. Target kami lainnya adalah membuat produk Tupperware ada di setiap rumah tangga di Indonesia dan berupaya meningkatkan penggunaannya semaksimal mungkin. Kami akan memperluas pasar kami secara geografis dan memperbaiki kualitas pelayanan yang ada. Karena itu, kami akan menyerap dan mempekerjakan orang-orang terbaik agar dapat mencapai target tadi.
Mempekerjakan orang-orang terbaik, apa yang dilakukan?
Sumber daya manusia di Indonesia meyakinkan. Namun, agar sesuai dengan kebutuhan, kami punya Tupperware Business School. Kami membawa manajer terbaik kami untuk mendidik karyawan kami secara intensif selama 13 minggu secara gratis. Tahun 2012 ini, kami menekankan masalah kualitas di atas kuantitas. Memperluas kehadiran produk di Indonesia dan juga meningkatkan potensi dari produk kami.
Soal perluasan jangkauan geografis, ada kendala?
Terus terang, perluasan secara geografis menghadapi kendala karena, selain Jakarta dan Bandung, tidak ada gudang penyimpanan (storage) yang memenuhi standar kami di kota lainnya. Hal ini membuat kami kesulitan bisa mendemonstrasikan produk kami. Kini saat yang tepat kami memperluas bisnis, antara lain dengan membangun gudang penyimpanan yang memadai.
Tetapi, produk Tupperware tidak diperdagangkan bebas?
Produk Tupperware kini berada di lebih dari 120 negara menggunakan sistem penjualan langsung (direct selling) dengan konsep penjualan lewat demonstrasi atau selling party (saat ini hampir setiap 2 detik berlangsung Tuperware Party di dunia). Melalui pelatihan, sekolah bisnis, dan segala bentuk penyuluhan bisnis kelas atas, kami akan meningkatkan kemampuan masyarakat memulai konsep bisnis baru ini. Gaya hidup orang Indonesia saat ini mengagumkan. Kemajuan teknologi, seperti internet, membuat mereka hidup dalam masyarakat global. Mereka kini bisa mengetahui gaya hidup di luar sana, termasuk soal Tupperware. Jadi, kami hendak memanfaatkan keadaan ini.
Produk Tuppereware relatif mahal?
Dengan standar yang ada, perusahaan bisa tumbuh tidak hanya dari segi kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitasnya. Untuk harga yang kami tetapkan, kami menemukan bahwa customer di Indonesia sangat memperhatikan segi kualitas. Sebagai contoh, sorotan utama soal masalah lingkungan. Di Asia umumnya menggunakan botol plastik untuk kemasan air mineral. Perlu waktu lama untuk menghancurkan sebuah botol plastik secara alamiah. Kami lantas memperkenalkan botol buatan Tupperware yang dijamin dipakai seumur hidup. Jadi, konsumen bisa membeli botol ini dan tidak perlu membeli lagi. Jadi menghemat uang. Apabila Tupperware mengedukasi masyarakat menggunakan botol ini, berarti mereka juga dapat menghemat uang. Jadi, harga produk Tupperware sebenarnya tidak mahal. Banyak sekali negara di dunia ini yang belum menghargai kualitas semacam itu.
Apabila kami memperkenalkan soal kualitas dengan jaminan bisa dipakai seumur hidup ke pasar sebuah negara, dan konsumen di sana dapat menghargai kualitas ini, kami akan mudah melakukan pemasaran dan mempenetrasi pasar.
Kok, sasarannya hanya perempuan?
Perempuan sebagai target utama sebab setengah dari populasi dunia ini adalah perempuan. Kami memfokuskan diri dengan pencerahan bagi perempuan tentang manfaat produk kami. Kami juga ”mengeksploitasi” kemampuan para perempuan dalam perusahaan kami di Indonesia. Kepala pemasaran, direktur utamanya seorang perempuan karena target utama kami adalah para perempuan. Mengapa kami memindahkan target utama kami dari pria menjadi perempuan? Karena, perempuan adalah seorang pejuang. Perempuan dapat beradaptasi dengan cepat dalam suatu budaya yang baru karena mereka memiliki semangat yang luar biasa. Makanya, sangat keliru jika ada yang berpendapat jangan mendidik perempuan. Lalu, siapa yang akan mendidik anak-anak mereka apabila para ibu rumah tangganya tidak diberikan pendidikan yang baik.
Dari navigator kapal perusak, kok, kini urusan menyangkut perempuan?
Jadi, selama dinas di AL AS (Navigator di USS Power sampai tahun 1970), saya mempelajari apa yang menjadi minat perempuan. Saya lantas keluar dan mendirikan perusahaan penjualan langsung. Selanjutnya pindah ke perusahaan produk kecantikan Avon tahun 1985 dan bergabung dengan Tupperware tahun 1992. Istri saya juga sangat membantu saya dalam memahami minat para perempuan di mana pun.
No comments:
Post a Comment