Perusahaan produsen bubuk coklat, PT Davomas Abadi Tbk (DAVO), tengah mencari mitra strategis untuk memasarkan produk mereka. Memburuknya ekonomi Eropa dan Amerika Serikat menjadi penyebab menurunnya permintaan.
"'Kualifikasinya harus memiliki latar belakang industri bubuk coklat,"ujar Sekretaris Perusahaan Davomas Abadi, Hasiem Willy, Jumat, 27 Januari 2012.
Menurutnya, tahun ini target penjualan diprediksi masih lesu. Memburuknya ekonomi Eropa dan Amerika Serikat yang merupakan tujuan utama pemasaran produk perseroan menjadi penyebab anjloknya permintaan.
Besarnya kebergantungan ke dua kawasan itu diakui membuat kinerja perseroan merosot. Hasiem menyatakan tengah menyusun rencana membidik perluasan pasar alternatif di Asia yaitu Cina, Jepang, dan Korea Selatan.
"Khusus ke Cina, perseroan telah mengekspor sebagai uji coba," kata dia.
Tahun ini perseroan hanya menargetkan penjualan di angka Rp 1,3 triliun atau sama dengan tahun lalu. Cocoa butter dan cocoa powder merupakan dua produk utamanya yang dikirim ke dua kawasan itu.
Lemahnya penjualan itu juga membuat perseroan tidak mampu menikmati tingginya harga komoditas cocoa butter di pasar global yang mencapai US$ 3.500 per ton serta cocoa powder lebih dari US$ 4.000 per ton. "Terus terang, tahun ini dan tahun lalu menurun,"ujarnya.
Hingga kuartal III 2011, penjualan Davomas baru mencapai Rp 729,4 miliar. Akibatnya, perseroan terus menanggung rugi bersih hingga akhir tahun yang mencapai Rp 122,14 miliar. Hingga saat ini permintaan masih sepi. Dengan kapasitas produksi 140 ribu ton per tahun, hanya 40 persen atau sekitar 56 ribu ton yang terserap.
No comments:
Post a Comment