Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menargetkan tingkat okupansi atau keterisian hotel rata-rata mencapai 65 hingga 70 persen pada tahun 2012. “Pada peak season bisa mencapai 100 persen,” kata ketua PHRI Yanti Sukamdani saat dihubungi Ahad, 15 Januari 2012.
Persentase tersebut ditargetkan meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tingkat okupansinya 60 hingga 65 persen. “Prospek pertumbuhan pariwisata Indonesia bagus,” kata Yanti. Sehingga industri perhotelan juga dapat turut meningkat.
Hanya saja, upaya mencapai target pertumbuhan tersebut membutuhkan kerja keras dari semua pihak. Ia berkata Indonesia harus mampu menjaga pertumbuhan ekonominya dengan baik. Selain itu, harus diciptakan iklim politik dan keamanan yang kondusif. “Orang mau wisata ke tempat yang aman,” ujarnya.
Ia menjelaskan Indonesia memiliki keuntungan dalam hal pariwisata. Yanti menilai selama ini wisatawan asing menganggap biaya pariwisata Indonesia cukup bersaing dengan negara tetangga. “Harga hotel dan transportasi dianggap lebih murah,” ujar Yanti.
Selain itu, selama ini Yanti menilai Indonesia telah memiliki diversifikasi berupa industri pariwisata kreatif. Misalnya wisata kuliner, ecotourisme dan wisata belanja. “Sekarang banyak turis asing yang tertarik belanja di pasar tradisional,” ujarnya.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, Indonesia harus menonjolkan kelebihan dan keunikan pariwisatanya. Karena negara tetangga lain juga melakukan hal yang sama. “Misalnya dengan menonjolkan batik dan spa tradisional,” kata dia.
Yanti menuturkan karena adanya krisis ekonomi di Eropa, target wisata dan perhotelan saat ini lebih difokuskan pada wisatawan Nusantara dan dari kawasan ASEAN.
Persentase tersebut ditargetkan meningkat dibandingkan tahun 2011 yang tingkat okupansinya 60 hingga 65 persen. “Prospek pertumbuhan pariwisata Indonesia bagus,” kata Yanti. Sehingga industri perhotelan juga dapat turut meningkat.
Hanya saja, upaya mencapai target pertumbuhan tersebut membutuhkan kerja keras dari semua pihak. Ia berkata Indonesia harus mampu menjaga pertumbuhan ekonominya dengan baik. Selain itu, harus diciptakan iklim politik dan keamanan yang kondusif. “Orang mau wisata ke tempat yang aman,” ujarnya.
Ia menjelaskan Indonesia memiliki keuntungan dalam hal pariwisata. Yanti menilai selama ini wisatawan asing menganggap biaya pariwisata Indonesia cukup bersaing dengan negara tetangga. “Harga hotel dan transportasi dianggap lebih murah,” ujar Yanti.
Selain itu, selama ini Yanti menilai Indonesia telah memiliki diversifikasi berupa industri pariwisata kreatif. Misalnya wisata kuliner, ecotourisme dan wisata belanja. “Sekarang banyak turis asing yang tertarik belanja di pasar tradisional,” ujarnya.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, Indonesia harus menonjolkan kelebihan dan keunikan pariwisatanya. Karena negara tetangga lain juga melakukan hal yang sama. “Misalnya dengan menonjolkan batik dan spa tradisional,” kata dia.
Yanti menuturkan karena adanya krisis ekonomi di Eropa, target wisata dan perhotelan saat ini lebih difokuskan pada wisatawan Nusantara dan dari kawasan ASEAN.
Sebelumnya pemerintah telah menetapkan target wisatawan asing sebesar 8 juta orang dan wisatawan Nusantara sebesar 170 juta orang. Angka wisatawan itu diharapkan turut mendongkrak industri perhotelan.
No comments:
Post a Comment