Pengusaha Tomy Winata akan membangun gedung setinggi 638 meter yang terdiri atas 111 lantai. Gedung yang dinamakan Signature Tower ini bakal menjadi bangunan tertinggi kelima di dunia versi Arch Daily.
Proyek senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9,2 triliun ini akan dibangun di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta. SCBD dikelola oleh PT Danayasa Arthatama Tbk. Di perusahaan ini Tomy hanya memiliki saham sebesar 0,001 persen, publik 17,58 persen, dan sisanya oleh PT Jakarta International Hotels & Development (JIHD) Tbk sebanyak 82,4 persen.
Di JIHD, Tomy menguasai kepemilikan 15,87 persen, Sugianto Kusuma memegang 9,76 persen, serta Santoso Gunara 0,40 persen. Sisanya, pemegang saham Indonesia lainnya, masing-masing memiliki saham di bawah 5 persen dengan total kepemilikan saham 53,32 persen. Lalu, pemegang saham asing dengan masing-masing persentase kurang dari 5 persen dengan total 20,65 persen.
Wakil Komisaris Utama PT Danayasa Arthatama Tbk, Santoso Gunara, belum bersedia bercerita soal rencana pembangunan Signature Tower. "Besok saja. Saya sedang bertamu di rumah orang," ujarnya melalui sambungan telepon.
Namun Wakil Presiden Direktur Bank Artha Graha, Wisnu Tjandra, membenarkan rencana Tomy membangun Signature Tower. “Akan dibangun di Sudirman Central Business District,” ucapnya melalui layanan pesan singkat, Senin, 9 Januari 2012.
Pengamat properti Jones Lang Lassalle, Lusi Lumantir, menyatakan menara tertinggi atau sentra bisnis vertikal masih menjadi kebutuhan di wilayah Jakarta. Permintaan ruang kantor dan hunian per tahun mencapai 10 sampai 20 persen. "Selain memenuhi kebutuhan, ini bisa diartikan sebagai puncak bisnis properti dalam negeri yang terus berkembang," ujarnya.
Lusi melihat, pembangunan Signature Tower ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ruang kantor dan hunian, seperti apartemen serta hotel, dalam beberapa tahun mendatang. "Paling tidak, baru bisa digunakan pada 2018 mendatang.” Jika dibangun sekarang, gedung tersebut untuk memenuhi kebutuhan lima atau enam tahun mendatang.
Pertumbuhan properti dalam negeri diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan kondisi lahan terbatas, kata dia, tak mungkin pengembang membangun horizontal. "Bangunan vertikal menjadi salah satu jawabannya,"
No comments:
Post a Comment