Pemerintah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2013 sebesar 6,8 persen atau lebih tinggi dibanding asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN Perubahan 2012 sebesar 6,5 persen.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampatakan hal ini pada pidato penyampaian keterangan Pemerintah atas RUU Tentang RAPBN 2013 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Kamis malam.
Selain pertumbuhan ekonomi, Pemerintah menetapkan asumsi laju inflasi 4,9 persen, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 5 persen, nilai tukar rupiah Rp9.300 per dolar AS, harga minyak 100 dolar AS per barel dan "lifting" minyak 900.000 barel per hari.
Selain keenam asumsi ekonomi makro tadi, mulai RAPBN tahun 2013, Pemerintah juga akan menggunakan "lifting" gas, sebagai salah satu basis perhitungan penerimaan negara yang berasal dari sumber daya alam selain minyak mentah yaitu berada pada kisaran 1,36 juta barel setara minyak per hari.
Presiden menjelaskan kebijakan fiskal 2013 mendatang diarahkan untuk "Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan melalui Upaya Penyehatan Fiskal", yaitu dengan menekankan pentingnya mendorong stimulus fiskal yang terukur, dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dengan tetap menjaga APBN yang sehat dalam rangka mewujudkan kondisi fiskal yang berkesinambungan.
"Upaya untuk menjaga kesehatan dan kesinambungan fiskal, kita tempuh melalui dua strategi pokok, yaitu mengendalikan defisit anggaran pada tingkat yang aman dan menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam batas yang manageable," katanya.
Sasaran ini, lanjutnya, akan dicapai melalui upaya-upaya untuk mengembangkan secara optimal sumber-sumber pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim dunia usaha, selalu menjaga disiplin anggaran dan dengan melaksanakan kebijakan pinjaman pemerintah yang prudent.
"Sedangkan untuk mendorong peran APBN sebagai stimulus pembangunan, kita harus terus meningkatkan kualitas belanja negara melalui upaya efisiensi berbagai jenis belanja yang kurang produktif; menghilangkan sumber-sumber kebocoran anggaran yang masih ada; memperlancar penyerapan anggaran; dan meningkatkan secara signifikan anggaran infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja," katanya.
Melalui berbagai langkah itulah, diharapkan APBN tahun 2013 dapat dikelola secara efisien, efektif, transparan dan akuntabel, sehingga benar-benar dapat memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Presiden menyebutkan dalam RAPBN 2013, pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.507,7 triliun atau naikn 11 persen dari target pendapatan negara pada APBN-P 2012. Sementara itu, anggaran belanja negara direncanakan mencapai Rp1.657,9 triliun, naik 7,1 persen dari pagu belanja negara pada APBN-P 2012.
"Dengan konfigurasi seperti itu, dalam RAPBN 2013 kita upayakan untuk mengendalikan defisit anggaran menjadi Rp150,2 triliun atau 1,6 persen dari PDB, turun dari defisit APBN-P 2012 sebesar 2,23 persen dari PDB," katanya.
No comments:
Post a Comment