Hasil produksi budi daya lele di tingkat pembudidaya jenis ikan itu di lahan kering Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami penurunan hingga 25 persen karena cuaca dingin.
"Cuaca dingin sangat memengaruhi pertumbuhan lele dan juga pengembangan lele. Lele induk susah bertelur meski sudah direkayasa suhu. Lele indukan biasanya bertelur dengan suhu udara hangat," kata Penasihat Forum Silaturahim Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Kulon Progo Suhardi di Kulon Progo, Rabu.
Ia mengatakan, jumlah produksi lele pada Juni hingga Agustus 2012 sebanyak 2,5 juta ekor atau mengalami penurunan dari sebelumnya yang mencapai 3-3,5 juta per triwulan.
"Setiap satu kolam ikan dengan usia 55 hari hingga 60 hari biasanya mampu menghasilkan enam kuintal, tapi dengan kondisi suhu yang dingin hanya mampu menghasilkan 3,5 kuintal hingga lima kuintal," kata dia.
Ia mengatakan, satu minggu sebelum dan sesudah Lebaran serta panen raya di Kabupaten Sleman, harga lele sempat turun menjadi Rp8.000 per kilogram.
Akan tetapi, saat ini harga lele sudah kembali normal, berkisar Rp12.300 hingga Rp12.500 per kilogram di tingkat pembudidaya.
"Harga lele sempat jatuh hingga titik terendah Rp8.000 per kilogramnya. Bagi anggota pokdakan, imbas turunnya harga tidak begitu terasa, tapi bagi pembudidaya lele mandiri menjadi pukulan karena hingga saat ini belum bisa bangkit dan tidak memelihara lagi," kata Hardi.
Menurut dia, Pokdakan Agromina dan Forum Silaturahim Pokdakan Kulon Progo sedang berusaha menggairahkan kembali produksi lele karena harga lele sudah kembali normal.
Pihaknya melakukan penguatan modal kembali kepada pembudidaya lele mandiri.
"Anggota FS Pokdakan dapat modal benih yang dapat dibayar setelah panen, sedangkan bagi pembudidaya lele mandiri, kami terapkan serupa dengan meminjami benih dan pakan. Pinjaman ini dapat dikembalikan setelah panen atau setelah mendapatkan keuntungan," kata dia.
No comments:
Post a Comment