Direktur Utama PT Semen Indonesia Tbk (Persero), Dwi Soetjipto, memprediksi penjualan Semen Indonesia akan stagnan pada 2014. Alasannya, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 7,5 persen dan aturan uang muka kredit rumah kedua bakal menjadi penghambat penjualan semen. Kenaikan BI rate, kata Dwi, diikuti kenaikan suku bunga kredit perbankan serta kondisi ekonomi global juga ikut andil mempengaruhi penjualan Semen Indonesia di dalam negeri.
Meski diprediksi stagnan, ia yakin penjualan Semen Indonesia pertumbuhannya lebih tinggi ketimbang penjualan semen secara nasional. Awal 2013, misalnya, penjualan semen secara nasional tumbuh 14 persen, lalu pertengahan tahun turun 12 persen dan Oktober 2013 turun hingga 5,5 persen.
"Untungnya, pertumbuhan PT Semen Indonesia 14 persen per Oktober 2013. Tahun 2014, saya lihat tidak jauh beda, minimal bisa tumbuh 8-10 persen," kata Dwi di sela peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan bertema "Satu untuk Negeri" di Surabaya, Kamis malam, 21 November 2013.
Ketika dihadapkan pada sejumlah kendala, perseroan saat ini berharap banyak pada proyek-proyek infrastruktur yang masih bertumbuh. Menurut Dwi, proyek infrastruktur menjadi stimulus pada pertumbuhan industri semen. Meski ada pelambatan penjualan semen, kata Dwi, itu tidak mengurangi kapasitas produksi Semen Indonesia. Perseroan tetap memaksimalkan kapasitas produksi dan ekspansi pembangunan pabrik baru di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Rembang dan Kota Padang. "Produksi hari ini bukan untuk konsumsi sekarang, tapi bisa digunakan dua-tiga tahun ke depan," ucapnya.
PT Semen Indonesia memiliki kapasitas produksi sebesar 27,7 juta ton per tahun. Semen Indonesia yang merupakan holding company dari PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan Thang Long Cement Vietnam masih mengusai sekitar 45 persen penjualan semen domestik. Pada 2013, penjualan semen di dalam negeri diperkirakan mencapai 59 juta ton. Tahun 2014, perseroan berencana mengekspor sebanyak 3 juta ton semen ke sejumlah negara ASEAN. "Sekarang kan masih impor semen," katanya.
No comments:
Post a Comment