Walaupun merugi pada 2013, BlackBerry Corp mengaku tetap serius berproduksi di Indonesia. Untuk itu, BlackBerry telah mengumumkan kemitraan lima tahun dengan produsen elektronik China Foxconn, guna membangun pusat produksi BlackBerry di Indonesia dan Meksiko.
"Kemitraan menunjukkan komitmen BlackBerry untuk jangka panjang dan tekad kami untuk tetap menjadi pemimpin inovasi dalam solusi yang aman untuk pengguna perangkat mobile," kata CEO Interim BlackBerry, John Chen, dalam siaran pers pada akhir pekan lalu.
Sebagaimana diketahui, Foxconn berencana untuk membangun pabrik produksi BlackBerry tersebut di Indonesia. "Bermitra dengan Foxconn memungkinkan BlackBerry fokus pada apa yang kami lakukan terbaik untuk memperkuat desain ikonis, keamanan kelas dunia, pengembangan perangkat lunak dan manajemen mobilitas perusahaan, sekaligus menangani pasar yang tumbuh cepat dengan memanfaatkan skala efisiensi Foxconn yang akan memungkinkan kami bersaing efektif," tambah Chen.
Chen mengaku tidak mau menyia-nyiakan waktu. BlackBerry melalui Foxconn berniat untuk segera memproduksi perangkat keras BlackBerry secara massal, yang dimulai dengan perangkat konsumen yang ditujukan untuk pasar Indonesia, pada awal 2014. Sebagaimana diketahui, tahun 2013 ini, BlackBerry mendapatkan rapor merah karena merugi sebesar 4,4 miliar dollar AS. Pendapatan BlackBerry pada 2013 turun sebesar 44 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
BlackBerry mengumumkan kerugian hampir 1 miliar dollar AS dan pendapatan anjlok 45 persen pada kuartal II tahun ini. Untuk itu, perseroan menyatakan akan melakukan perubahan besar guna merespons kinerja keuangan yang makin memburuk itu.
Perusahaan smartphone tersebut pada Jumat (27/9/2013) melaporkan kerugian sebesar 965 juta dollar AS atau sekitar Rp 10 triliun dan pendapatan 1,6 miliar dollar AS. Kondisi ini sejalan dengan langkah perusahaan yang melakukan restrukturisasi besar-besaran, termasuk memangkas 4.500 karyawannya.
Pada awal pekan ini, perusahaan investasi Fairfax Financial Holdings, Ltd, mengajukan penawaran sementara sebesar 4,7 miliar dollar AS untuk mengambil alih perusahaan itu.
Kondisi keuangan BlackBerry terus memburuk, yang dipicu oleh semakin tertinggalnya produk yang dibuat perusahaan asal Kanada ini dengan produsen smartphone lainnya, seperti Samsung dan Apple.
Pada periode yang sama tahun lalu, BlackBerry masih mencatatkan pendapatan sebesar 2,9 miliar.
"Kami sangat kecewa dengan kondisi operasional dan finansial perusahaan pada kuartal II tahun ini. Ada banyak penurunan kinerja seiring dengan semakin ketatnya persaingan di pasar," ujar CEO BlackBerry, Thorsten Heins.
No comments:
Post a Comment