Industri pertanian dari hulu hingga hilir dikuasai oleh perusahaan asing. Bahkan di antaranya keemilikan saham hingga 100 persen. "Tak hanya hulu, tapi hilir juga dikuasai perusahaan multinasional. Lantas, mau ke mana arah pertanian kita ke depan?" kata Guru Besar Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa pada diskusi, Rabu (18/12/2013).
Lebih lanjut, Andreas menjelaskan dari sisi hulu, 100 persen kepemilikan saham perusahaan yang memproduksi pestisida dikuasai perusahaan asing. Adapun bidang benih (seed), 100 persen benih beras inbrid dikuasai BUMN. 90 persen benih beras hibrida, 90 persen benih jagung hibrida, dan 70 persen benih hortikultura dikuasai multinasional.
"Adapun untuk pupuk, 70 persen dikuasai perusahaan Indonesia dan 30 persennya dikuasai multinasional," jelas dia. Adapun untuk sektor hilir, Andreas mengatakan, sebagaian besar industri hilir pertanian di Indonesia dikuasai oleh perusahaan multinasional. Bahkan hingga ke industri pangan yang sifatnya sangat mendasar seperti air minum dan teh.
"Air minum merek Aqua saja, 74 persen dimiliki Danone, asal Prancis. Begitu juga dengan produk teh Sari Wangi yang bahkan 100 persen dimiliki perusahaan multinasional," ungkap Andreas. Kondisi tersebut diakui Andreas pun terjadi secara global. Sebesar 90 persen perdagangan pangan dikuasai 5 perusahaan multinasional. Adapun 89 persen input pertanian (agrokimia) dikuasai 10 perusahaan multinasional, 67 persen pasar benih dikuasai 10 perusahaan multinasional.
"Jadi, 99,9 persen benih transgenik dikuasai 6 perusahaan multinasional, di mana Monsanto menguasai 90 persen," kata dia. Usulan Dana Moneter Internasional (IMF) agar Indonesia meninggalkan sektor agrikultur kemudian beralih ke sektor manufaktur dinilai dapat menyesatkan Indonesia.
Usulan IMF tersebut dilontarkan karena harga komoditas dunia masih dirasa stagnan. Ini membuat produk-produk unggulan Indonesia seperti pertanian dan produk pertambangan perlu dialihkan secepatnya ke sektor manufaktur.
"Mereka (IMF) sedang membelokkan kita. Cara mereka, jadi pangan mau dikuasai melalui sektor pertanian karena dunia hanya dikuasai 5 perusahaan multinasional dunia dimana 90 persen perdagangan pangan dikuasai. Sehingga kemungkinan besar Indonesia tinggalkan sektor pertanian karena kan tidak ada lagi supply dalam negeri," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Hendri Saparini, Rabu (18/12/2013).
Hendri memandang usulan IMF tersebut seakan-akan merupakan sebuah saran yang baik bagi Indonesia untuk beralih ke luar sektor pertanian. Namun sebenarnya Indonesia menurutnya adalah pusat pertanian dan letak geografis memberi keuntungan bagi Indonesia.
"Indonesia itu sebenarnya pusat pertanian besar. Kita ada di wilayah tropis. Kita punya berbagai keuntungan disini, masak kita mau melepaskan sektor pertanian? Kita seolah-olah diberi saran yang baik untuk pindah ke sektor manufaktur, sehingga ada relokasi industri ke Indonesia yang cukup banyak," ujar Hendri.
Bagi pemerintah, Hendri menyarankan agar segera meluncurkan kebijakan pangan yang jelas. Indonesia menurutnya berpotensi menguasai pangan dunia bila ada kebijakan yang jelas.
"Kita itu sebenarnya bisa jadi penguasa pangan dunia salah satunya, tapi itu tidak akan terjadi kalau diarahkan dengan kebijakan yang begitu," kata dia.
No comments:
Post a Comment