Thursday, December 12, 2013

Pajak Sektor Konsumsi Jadi Andalan Karena Ekonomi Indonesia Melemah

Peneliti Kebijakan Perpajakan dan Perkumpulan Prakarsa, Yustinus Prastowo, mengatakan sektor konsumsi akan menjadi andalan penerimaan pajak pemerintah tahun depan. Dia memperkirakan penerimaan pajak akan disumbang dari pajak pertambahan nilai (PPN). 

Rendahnya penerimaan pajak, menurut  Yustinus, karena pemerintah hanya mengandalkan penerimaan dari sektor yang sedang naik daun, seperti properti dan pertambangan. “Seharusnya pemerintah juga melakukan perencanaan sektoral dan regional,” katanya, Kamis, 12 Desember 2013 malam. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengeluh lesunya perekonomian nasional sejak awal tahun yang membuat realisasi penerimaan pajak tak mencapai target. “Ekspor masih negatif, padahal pajak banyak bergantung pada ekspor impor," katanya Rabu malam. 

Fuad mengaku sulit mengejar target penerimaan pajak. Pada kuartal keempat, biasanya pemerintah mendapat tambahan penerimaan sebesar 15 persen. Namun, hingga 6 Desember 2013, realisasi penerimaan tercatat Rp 814,7 triliun atau 81,8 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013, yakni Rp 995 triliun.

Sebenarnya, kata Fuad, masih banyak sektor lain yang mencatatkan pertumbuhan positif seperti konstruksi, properti, jasa keuangan dan asuransi. Selain itu, sektor retail juga makin kuat sehingga ketergantungan dengan pasar global semakin berkurang.

Sayangnya, pihaknya kesulitan mengutip pajak dari sektor ini karena tak didukung sumber daya yang memadai. “Pasar Tanah Abang tumbuh, ekonomi tumbuh, tapi kami tidak punya sumber daya yang cukup,” kata Fuad

Lesunya perekonomian nasional sejak awal tahun membuat realisasi penerimaan pajak tak mencapai target. “Ekspor masih negatif, padahal pajak banyak bergantung pada ekspor impor,” kata Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa di Jakarta, Rabu malam lalu. 

Dia mengaku sulit mengejar target penerimaan pajak. Pada kuartal keempat, biasanya pemerintah mendapat tambahan penerimaan sebesar 15 persen. Namun, hingga 6 Desember 2013, realisasi penerimaan tercatat Rp 814,7 triliun atau 81,8 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013, yakni Rp 995 triliun.

Penerimaan dari sektor-sektor yang menjadi andalan merosot tajam. Di sektor pertambangan, misalnya, penerimaan pajak turun dibandingkan sebelumnya, yaitu Rp 58,2 triliun pada 2012 menjadi Rp 47,8 tahun ini. Penerimaan dari sektor industri pengolahan juga hanya tumbuh 3,7 persen pada tahun ini, lebih rendah dibanding 2012, yakni 21,3 persen. 

Meski beberapa sektor lesu, menurut Fuad, masih banyak sektor lain yang mencatatkan pertumbuhan positif, seperti konstruksi, properti, jasa keuangan dan asuransi. Selain itu, sektor retail juga makin kuat sehingga ketergantungan dengan pasar global semakin berkurang.

Sayangnya, pihaknya kesulitan mengutip pajak dari sektor ini karena tak didukung sumber daya yang memadai. “Pasar Tanah Abang tumbuh, ekonomi tumbuh, tapi kami tidak punya sumber daya yang cukup,” kata Fuad. 

Oleh karena itu, dia meminta tambahan pegawai untuk bisa menjangkau sektor-sektor yang tergolong usaha kecil dan menengah itu. Dengan jumlah pegawai 31 ribu orang hingga 2015 nanti tak akan mampu mengejar pertumbuhan ekonomi. 

Untuk menggenjot penerimaan, dia juga meminta Direktorat Jenderal Pajak bisa mengakses rekening milik nasabah bank. Berbekal data rekening itu, pemerintah dapat menghitung potensi penerimaan pajak. Namun, dia tak yakin usulan itu bakal diterima. 

No comments:

Post a Comment