Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Wilayah Jakarta Timur Suyanto mengatakan, penghapusan bea impor kedelai hanya menguntungkan pihak importir, bukan para perajin tahu dan tempe. Menurut dia, kebijakan itu hanya untuk menenangkan situasi pascamogok para perajin.
"Kami sudah pengalaman, tahun 2008 yang tadinya bea masuk sebesar 10 persen, kemudian dihilangkan menjadi 0 persen. Setelah itu, awal 2012 diberlakukan kembali 5 persen. Ini kan sama artinya kita melihat pengalaman tahun 2008 saja," ujar Suyanto kepada Kompas.com, Sabtu (28/7/2012).
Suyanto kini menunggu efektivitas kebijakan pemerintah yang membebaskan bea impor kedelai itu terhadap harga kedelai di pasaran. Para perajin tahu-tempe, katanya, merespons positif kebijakan tersebut. Namun, mereka akan tetap memantau pelaksanaan kebijakan itu sebelum mengambil sikap berikutnya.
"Nanti kita tunggu tanggal 1 Agustus poin kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Kami, kopti-kopti, nanti akan rapatkan. Kami evaluasi, baru kami akan ambil sikap," ujarnya. Suyanto berharap Indonesia sudah bisa swasembada kedelai tahun 2014 karena jika mengandalkan impor, para perajin tetap dihantui rasa waswas, apalagi kebijakan bebas bea impor hanya menguntungkan importir.
Ia mengatakan, hari ini ia sudah mengunjungi beberapa rekan perajin tahu-tempe untuk meninjau hari pertama para perajin ataupun pedagang tahu-tempe memulai aktivitasnya lagi. Ia antara lain memantau wilayah Cakung, Duren Sawit, Pulo Gadung, dan beberapa tempat lainnya. "Kami datangi, kami silaturahim, alhamdulilah sudah berjalan baik," ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada para perajin ataupun pedagang supaya harga komoditas di pasaran bisa sedikit turun. Yang normalnya Rp 2.000, cukup dijual Rp 2.500. Untuk yang harga Rp 3.000, cukup dinaikkan menjadi Rp 4.000. Adapun untuk harga Rp 6.000 dibanderol menjadi Rp 8.000.
"Ini sebenarnya juga belum ada untung karena (harga) kedelai masih belum turun. Makanya, kita lihat Agustus nanti, idealnya perajin maunya paling Rp 5.500 sampai Rp 6.500 lah, kami juga enggak mau kalau sampai Rp 8.000, kasihan konsumen," ujarnya.
No comments:
Post a Comment