Monday, July 30, 2012

Inflasi Bulan Juli Diprediksi Akan Naik 0,73 Persen

Tim ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk memperkirakan inflasi Juli akan bergerak moderat pada kisaran 0,73 persen (month on month), naik dari inflasi Juni yang sebesar 0,62 persen. 

“Inflasi Juli akan membawa inflasi tahunan naik tipis dari bulan sebelumnya 4,53 persen menjadi 4,59 persen karena low base effect,” kata Kepala Ekonom Danamon, Anton Gunawan, hari ini, Senin, 30 Juli 2012. Low base effect yang dimaksud adalah rendahnya inflasi pada Juli 2011 sebesar 0,67 persen. 

Tekanan terbesar datang dari kenaikan harga sejumlah bahan pangan, terutama ayam, telur, bawang, dan gula akibat faktor musiman bulan Ramadan. Begitu pula harga saja transportasi dan rekreasi yang sedikit naik di akhir musim liburan sekolah. 

“Di awal Ramadan, kami melihat naiknya permintaan, terutama makanan dan pakaian, sehingga meningkatkan tekanan terhadap inflasi inti bulan ini,” kata Anton. Di  memperkirakan, inflasi inti naik signifikan dari bulan sebelumnya 0,34 persen menjadi 0,5 persen. Kondisi ini akan mengangkat inflasi inti tahunan naik dari 4,15 persen menjadi 4,24 persen. 

Inflasi inti adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum, seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, serta keseimbangan permintaan dan penawaran.


Inflasi selama April ini meningkat 0,21 persen dengan indeks harga konsumen 131,32. Angka ini naik dari inflasi bulan lalu yang hanya 0,07 persen. Sementara dibanding periode sama tahun lalu, terjadi peningkatan 4,5 persen.

Kenaikan inflasi, menurut Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, disebabkan kenaikan sejumlah komoditas, terutama makanan jadi, minuman, dan rokok tembakau. "Sumbangannya 0,62 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa, 1 Mei 2012.

Harga bawang putih naik di 55 kota dengan kenaikan tertinggi di Sumenep, Jawa Timur, sebesar 50 persen. Harga bawang merah tak kalah mencekik, yang naik di 58 kota, dengan kenaikan tinggi di Bima, Nusa Tenggara Barat, sebesar 43 persen. 

Selain itu, gula pasir pun mengalami kenaikan harga di 56 kota. Kenaikan tertinggi terjadi di Tegal, Jawa Tengah, sebesar 10 persen. Sementara harga cabai rawit melejit di 39 kota dengan kenaikan tertinggi di Manado, sebesar 79 persen. 

Selain makanan, komoditas penyumbang inflasi adalah rokok kretek filter, yang naik di 35 kota, paling tinggi di Medan, tujuh persen. Inflasi selain disumbang komoditas makanan jadi, minuman, dan rokok tembakau, juga disumbang kelompok lain. 

Komoditas perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik 0,24 persen, komoditas kesehatan menyumbang inflasi 0,23 persen, dan komoditas transportasi, komunikasi, serta jasa naik 0,21 persen. Sedangkan sandang justru deflasi 0,46 persen.

Secara demografis, dari 66 kota, inflasi terjadi di 52 kota dan deflasi dialami 14 kota. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang, Bangka Belitung sebesar 1,76, dan Manado (1,63 persen). Inflasi terendah di Bengkulu 0,03 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Tarakan 0,51 persen, disusul Kupang 0,3 persen.


- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada bulan Maret 2012 sebesar 0,07 persen atau meningkat ketimbang bulan Februari lalu 0,05 persen. Di lain pihak, inflasi tahun kalender 0,88 persen dan inflasi tahunan (year on year) tercatat 3,97 persen. 

Kepala BPS Suryamin mengatakan inflasi pada Maret didorong kenaikan harga cabai rawit, cabai merah, dan rokok kretek. "Kenaikan terjadi sejak minggu pertama Maret karena kurangnya pasokan dari sentra produksi," kata Suryamin di Jakarta, Senin, 2 April 2012.

BPS mencatat harga cabai rawit di Kediri, misalnya, naik 86 persen. Peningkatan juga terjadi di beberapa daerah lain seperti Gorontalo naik 84 persen, sedangkan di kota-kota lain naik 10-75 persen.

Kenaikan harga cabai merah terjadi di 57 kota yang diamati. Harga cabai merah di Denpasar naik 68 persen dan di Kediri naik 66 persen. Adapun di kota lain naik 10-50 persen.

Suryamin mengatakan dari 66 kota yang diamati, sebanyak 34 kota mengalami inflasi dan 32 kota lain deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 1,33 persen, disusul Manado sebesar 1,12 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,44 persen.


 Tren inflasi lima tahun belakangan terus turun. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menilai penurunan tak lepas dari peran aktif Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). "Peran Tim Pengendali Inflasi Daerah sangat besar sebab angka inflasi daerah menyumbang 77 persen angka inflasi nasional," ujar Darmin dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional III Tim Pengendali Inflasi Daerah, Rabu, 16 Mei 2012.

Penurunan berasal dari inflasi inti dan inflasi pangan. Inflasi inti turun dari posisi 6 persen pada 2007 menjadi 4-5 persen pada April 2012. Sedangkan harga-harga bahan pangan (volatile food) turun dari 12 persen pada 2007 menjadi sekitar 7 persen saat ini.

Tantangan pengendalian inflasi, kata Darmin, mencakup terbatasnya produksi pangan, distribusi, dan konektivitas antardaerah. Untuk mengatasinya diperlukan upaya terintegrasi antar-tim pengendali di daerah maupun dengan pemerintah pusat.

Ke depan, kata Darmin, tantangan inflasi masih di sekitar pengendalian inflasi pangan. "Fluktuasi ada kalanya cukup tajam," ujarnya. Ia pun menjelaskan pentingnya kebijakan moneter, fiskal, dan sektoral di daerah dalam mengendalikan inflasi nasional.

Darmin menghargai kinerja TPID selama lima tahun terakhir. Sebab mereka telah berkontribusi dalam menjaga arus distribusi melalui peningkatan efektivitas pelabuhan dan pengembangan kluster komoditas.

No comments:

Post a Comment