"Tahun ini kita belum sampai pada puncaknya. Kami memprediksi performanya sama atau lebih tinggi dari capaian di tahun 2011," kata Arief Rahardjo, Head of Research & Advisory at PT Cushman & Wakefield Indonesia dalam diskusi "Prospek dan investasi kondominium pada tahun 2012" di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Arief mengatakan, perkembangan sektor-sektor properti pada 2012-2013 ini masih berpotensi untuk berkembang dan memiliki permintaan cukup tinggi, seperti pasar perkantoran, perumahan, dan kawasan industri. Ia mengatakan permintaan dari enduser untuk ketiga sektor ini masih signifikan karena tidak diimbangi dengan pasokan.
"Tahun 2013 nanti prediksinya pasar perkantoran akan mencapai puncaknya. Kalau melihat siklus properti, pasar perkantoran paling terlihat. Karena setiap ada launching pasti ada pembelinya," katanya.
Sementara untuk sektor kondominium, Arief mengatakan, berpotensi mengalami bubble atau penggelembungan harga apabila tingkat okupansi berjalan stabil.
"Yang perlu diperhatikan adalah banyaknya jumlah pasokan kondominium sewa akan menyebabkan kompetisi semakin tinggi dan berpengaruh pada harga sewa. Selama yield tidak lebih rendah dari suku bunga deposito, maka penggelembungan harga tidak akan terjadi," ujarnya.
Ia menambahkan, apabila pasokan kondominium sebanyak 20.000 per tahun diimbangi dengan tingkat hunian, maka potensi penggelembungan harga akan menjauh. Tingkat hunian yang sehat, lanjut dia, dapat tercipta lewat pembelian unit kondominium untuk ditempati, serta bertambahnya tren tinggal di hunian vertikal dengan penyewa lokal yang tadinya didominasi kaum ekspatriat.
Pada kesempatan berbeda, Alvin Kurniawan, Business Development PT Bangun Properti Indonesia mengatakan, jika merujuk pada siklus bisnis properti di Indonesia dari tahun 1996 hingga 2014, sektor ini diprediksi masih booming. Investasi properti dinilai cerah karena faktor pertumbuhan ekonomi di Indonesia relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia.
Alvin mengatakan, bisnis properti diminati karena nilainya tidak pernah surut. Dari sisi inflasi, properti tidak akan terpengaruh, begitu juga dengan sisi bunga bank yang pengaruhnya rendah. Seperti tahun ini, lanjut dia, pengaruh inflasi stabil kurang dari 6 %, suku bunga SBI stabil, serta suku bunga untuk KPR turun.
"Kondisi ekonomi kita baik, maka bila dibandingkan investasi di bidang lainnya, resiko berbisnis properti masih rendah," ujarnya.
No comments:
Post a Comment