Sunday, July 29, 2012

Petani Di Sumatera Utara Segan Tanam Kedelai Karena Kalah Bersaing Dengan Kedelai Impor


Para petani enggan menanam kedelai karena hasil panen tidak sebanding dengan biaya produksi. Apalagi, kedelai lokal kalah bersaing dengan kedelai impor.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo Agustoni Tarigan, Jumat (27/7/2012) mengatakan, dalam empat tahun terakhir ini tidak ada lagi petani Karo yang menanam kedelai. Alasannya, kedelai tidak menjanjikan. Petani akhirnya lebih banyak beralih ke tanaman jagung dan padi selain sayuran sebagai tanaman utama.          

Menurut Agustoni, ada beberapa faktor yang menyebabkan petani meninggalkan kedelai. Pertama, produktivitasnya sangat rendah. Kedua, kedelai lokal kalah bersaing dengan kedelai impor.      
    
Hal senada dikatakan Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian Sumatera Utara Lusyantini. Dalam empat belas tahun terakhir, produksi kedelai di Sumut terus menurun karena petani merugi.     
     
Tahun 2011, produksi kedelai hanya 11.425 ton setahun, sementara tahun ini diperkirakan tinggal 6.694 ton. Padahal, pada tahun 1997 sampai 1998, produksi kedelai di Sumut mencapai 32.000 ton per tahun.          
Lusy menjelaskan, petani terus merugi lantaran harga kedelai lokal yang terlampau murah. Kedelai lokal hanya laku seharga Rp 3.500 sampai Rp 5.000 per kilogram. Itu jauh lebih murah dibandingkan kedelai impor yang mencapai Rp 8.000 per kilogram.          

Belum lagi, lanjutnya, produksi kedelai yang hanya berkisar 1,1 ton sampai 1,2 ton per hektar. Petani baru bisa menikmati hasil penen jika produksi kedelai mencapai 2,5 ton per hektar. "Itu jika petani mempunyai lahan minimal satu hektar. Di Sumut, sebanyak 38 persen petani atau sekitar 760.000 keluarga petani memiliki lahan kurang dari setengah hektar per keluarga," ujar Lusy.

No comments:

Post a Comment