Industri telepon seluler di Indonesia terus berkembang pesat sejalan dengan pergantian tren dari layanan suara menjadi layanan data melalui chatting messenger seperti BlackBerry Messenger dan WhatsApp, aplikasi sosial seperti Facebook, dan berkembangnya kebutuhan e-mail dan internet.
Tim riset Lautandhana menguraikan prospek penjualan telepon seluler masih menjanjikan, seiring dengan tersedianya berbagai macam pilihan telepon seluler (mobilephone dan smartphone), maraknya inovasi produk maupun layanan baru, simbol status sosial dan budaya konsumerisme.
"Hal ini akan berpengaruh pada siklus penggantian telepon seluler yang semakin pendek di mana pengguna telepon seluler kategori smartphone cenderung melakukan penggantian unitnya setiap 14 bulan sekali di 2011 dari 22 bulan sekali di 2008," papar tim riset Lautandhana Secururindo dalam risetnya Juli 2012.
Pengguna telepon seluler kategori mobilephone memiliki siklus penggantian unit yang lebih cepat setiap 7,1 bulan sekali di periode yang sama.
Adalah PT Global Teleshop (GT) didirikan 1 Maret 2007 dengan nama PT Pro Empower Perkasa yang kegiatan awalnya merupakan agen Authorized Service Vendor (ASV) dari Nokia.
Pada tahun 2011, GT mulai melakukan ekspansi dan bertransformasi menjadi distributor dan peritel produk telekomunikasi (seperti telepon seluler kategori smartphone atau mobilephone merek BlackBerry, Samsung, Nokia, HTC, Apple, Sony Mobile dan LG Mobile beserta aksesorisnya) serta sebagai Authorized Dealer produk operator (voucher) Telkomsel.
Pendapatan GT diproyeksikan bertumbuh sebesar 21,3% per tahun (CAGR) dari Rp3 triliun tahun ini menjadi Rp4,4 triliun di 2014 mendatang, ditopang oleh pengembangan variasi produk telepon seluler, pesatnya perkembangan teknologi produk telepon seluler dan siklus penggantian telepon seluler yang lebih cepat karena sifat konsumerisme konsumen yang meningkat.
"Penjualan SIM starter pack dan voucher merupakan kontributor utama terhadap total pendapatan GT," urainya.
Penjualan telepon selular GT dari 4 merek, yakni BlackBerry, Samsung, Nokia dan Apple diproyeksikan menjadi kunci utama pertumbuhan kinerja pendapatan ritel perseroan dalam 3 tahun mendatang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan fitur telepon seluler smartphone.
Penjualan ritel sendiri ditopang oleh penjualan produk telepon seluler terutama merek BlackBerry, Samsung dan Nokia dengan porsi masing-masing 46%, 24%, dan 15%.
Per akhir Desember 2011, GT mengoperasikan sebanyak 313 gerai yang terdiri atas gerai own store, branded store, layanan purna jual dan gerai SIM starter pack dan voucher Telkomsel.
"Pendapatan GT masih didominasi oleh pendapatan dari pulau Jawa rata-rata sebesar 66% dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan teknologi informatika, tingkat populasi, gaya hidup yang cepat berubah dan sifat konsumerisme masyarakat yang masih terkonsentrasi di pulau Jawa, terutama di wilayah Jabodetabek," tuturnya.
Tahun lalu, marjin laba kotor GT mengalami penurunan signifikan (56,4% di 2010 versus 13,4% di 2011) sejalan dengan transformasi kegiatan usaha dari Authorized Serviced Vendor (service centre) menjadi distributor dan peritel telepon selular dan Authorized Dealer produk operator (voucher) Telkomsel.
"Dalam tiga tahun mendatang, marjin laba kotor konsolidasi cenderung stabil dan terjaga di level 11,9%-12,2% dikontribusikan oleh harga jual yang bersaing dan kelengkapan portofolio produk telepon selular berbagai merek," urainya.
Untuk memperoleh kisaran nilai kapitalisasi pasar GT, Lautandhana menggunakan pendekatan PER multiple dan metodologi DCF, nilai kapitalisasi pasar GT di antara Rp1.098 miliar – Rp1.372 miliar.
"Harga ini yang mengimplikasikan kisaran PER dan EV/EBITDA 2012P masing-masing sebesar 9,16x-11,44x dan 7,03x-8,59x," tuturnya.
No comments:
Post a Comment