PT Exploitasi Energi Indonesia (CNKO) merupakan perusahaan batubara fokus mendirikan pembangkit listrik, walau belum memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan perusahaan.
CNKO dulunya bernama PT Central Korporindo Internasional, dan bergerak di industri tambang batubara. Terhitung 22 Maret 2010, perusahaan memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) berdurasi 5 tahun untuk satu lokasi tambang batubara seluas 498,7 hektar di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
Sepanjang tahun 2010, perusahaan telah menjual batubara sebanyak 1,5 juta ton. Tidak seperti perusahaan batubara lainnya yang menjual batubara ke pasar luar negeri, CNKO menjual seluruh batubaranya ke pasar domestik, terutama pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN yang tersebar di berbagai daerah.
Pengamat pasar modal Teguh Hidayat memaparkan sebetulnya sejak 2003, dimana ketika itu perusahaan melakukan right issue, CNKO sudah menegaskan akan masuk ke industri pembangkit listrik. Namun, baru memperoleh IUP batubara pada 2010, dan baru membangun proyek pembangkit listriknya pada tahun yang sama.
Saat ini, CNKO memiliki tiga unit pembangkit listrik dengan kapasitas masing-masing 2x7 MW, di tiga lokasi, yaitu Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah), Rengat (Riau), dan Tembilahan (Riau). Per tanggal 14 Oktober 2011, pembangkit listrik yang berlokasi di Pangkalan Bun secara resmi sudah beroperasi secara komersial, namun dua pembangkit listrik lainnya hingga saat ini masih dalam proses pembangunan, dan perkiraan selesainya masih cukup lama.
"Pembangkit listrik yang di Rengat diperkirakan baru akan mulai beroperasi Maret 2013, sementara yang di Tembilahan diperkirakan akan beroperasi dua bulan berikutnya alias Mei 2013," papar Teguh dalam risetnya Juli 2012.
Pada kuartal I 2012, CNKO mencatat pendapatan Rp392 miliar, di mana Rp369 miliar berasal dari penjualan batubara, sisanya penjualan tenaga listrik. Laba bersih Rp25 miliar, terbilang kecil mengingat aset CNKO mencapai Rp1,8 triliun.
"Karena itulah meski pada harga saham 147, PER dan PBV CNKO masing-masing hanya 6,1 dan 0,7 kali, namun perusahaan ini belum cukup ‘berisi’ untuk bisa dikoleksi," hitungnya.
CNKO tidak perlu khawatir akan kesulitan menjual tenaga listrik karena perusahaan sudah mengikat kontrak dengan PLN dan banyak perusahaan lainnya, walau margin dari bisnis penjualan tenaga listrik ternyata kecil. Margin usaha penjualan tenaga listrik yang kecil tersebut karena nilai penjualannya yang masih kecil, sehingga belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
"Jika nanti ketiga pembangkit listrik milik CNKO sudah beroperasi semuanya secara penuh, maka margin tersebut kemungkinan akan meningkat, hingga lebih tinggi daripada margin batubara," urainya.
Oleh karenanya, CNKO akan lebih banyak mengeluarkan uang untuk melanjutkan pembangunan pembangkit listriknya di Rengat dan Tembilahan, ketimbang memperoleh pendapatan dari pembangkit listrik yang sudah beroperasi di Pangkalan Bun. Total perkiraan biaya yang masih akan dikeluarkan perusahaan hingga Mei 2013 nanti mencapai Rp174 miliar.
"CNKO ini bagus, terutama karena progress usahanya berjalan sesuai rencana dan juga karena laba bersih perusahaan senantiasa naik dari kuartal ke kuartal. Walau, CNKO mungkin baru akan menjadi perusahaan yang menguntungkan pada pertengahan tahun 2013 nanti," ungkapnya.
Secara fundamental, CNKO baru mulai merangkak naik pada pertengahan tahun 2013. Saat ini, saham CNKO akan bergerak di kisaran Rp140 - 160.
"Jadi sekali lagi, CNKO belum bisa dilirik. Tapi jika nanti sewaktu-waktu anda melihat CNKO ini turun sampai 130-an, maka diambil. Pada harga tersebut, PER-nya 5,4 kali," tuturnya.
No comments:
Post a Comment