Demikian hasil survei Global CEO Study yang dilakukan konsultan IBM Global Business Services terhadap 1.541 pemimpin perusahaan dari 33 industri di 60 negara di dunia.
Dari jumlah itu, enam pemimpin perusahaan berasal dari Indonesia. Survei digelar mulai bulan November 2009 sampai Januari 2010.
Country Leader Malaysia IBM Global Business Services Philip Thrush di Jakarta, Rabu (22/9), mengemukakan, lebih dari 60 persen CEO global meyakini bahwa transformasi industri adalah faktor utama yang menyebabkan ketidakpastian bisnis.
Ketidakpastian bisnis juga dipicu oleh keterbukaan informasi, preferensi konsumen yang berubah-ubah, regulasi pemerintah, dan pergeseran pusat kekuatan ekonomi di dunia.
Pergeseran kekuatan ekonomi kini cenderung mengarah ke pasar-pasar yang berkembang cepat, seperti India, China, dan Asia Tenggara.
”Kemajuan teknologi dan era keterbukaan informasi membuat konsumen memiliki lebih banyak pilihan dalam mengambil keputusan, sementara kerahasiaan perusahaan cenderung terus berkurang,” ujarnya.
Menghadapi tantangan yang semakin kompleks itu, ujar Philip, hanya 49 persen pemimpin perusahaan yang mengaku siap menghadapi lingkungan bisnis yang semakin rumit.
Minimnya kesanggupan itu antara lain dipicu ketidaksiapan karyawan menghadapi perubahan, minimnya keahlian sumber daya manusia, dan kekurangan dana untuk melakukan inovasi.
Adapun faktor eksternal yang diperkirakan memengaruhi perkembangan bisnis dalam tiga tahun mendatang adalah pasar, teknologi, kondisi makroekonomi, dan kemampuan sumber daya manusia.
Philip menambahkan, untuk menghadapi kompleksitas bisnis, diperlukan berbagai langkah inovasi untuk mengelola struktur, keuangan, sumber daya manusia, dan strategi perusahaan.
Muncul tren global bahwa perusahaan-perusahaan mulai mengadopsi sistem kontrak secara luas, mulai dari subkontrak kerja, inventaris atau peralatan kantor, hingga kontrak tenaga kerja (outsourcing). Pola kontrak itu diyakini akan memangkas biaya operasional perusahaan dan mendorong daya saing karyawan.
Country Manager IBM Global Business Services Indonesia Widita Sardjono menambahkan, sistem kontrak tidak selalu memiliki konotasi negatif. Kontrak kerja dinilai mendorong kemampuan perusahaan untuk berkompetisi.
Meskipun demikian, sistem kontrak tenaga kerja sejauh ini belum menjadi tren perusahaan di Indonesia. Adapun perusahaan yang disurvei itu meliputi industri telekomunikasi, perbankan, pertambangan, perminyakan, pengolahan mineral, dan sumber daya alam.
Saat ini Indonesia dinilai memiliki stabilitas ekonomi yang baik. Krisis ekonomi global pada akhir tahun 2008 dinilai tidak membawa pengaruh besar bagi perekonomian Indonesia.
No comments:
Post a Comment