Friday, September 3, 2010

Struktur Perekonomian Indonesia Masih Rapuh

Struktur perindustrian Indonesia dilaporkan masih rapuh karena pada saat perekonomian tumbuh kerap diikuti tingginya impor bahan baku. Dua sektor industri yang akan didorong agar memiliki pasokan bahan baku dari dalam negeri adalah elektronik dan petrokimia.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan hal itu di Jakarta, Jumat (3/9), saat berbicara pada Rapat Koordinasi Nasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi, bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia.

Menurut Hatta, komposisi impor yang masuk ke Indonesia sebagian besar adalah bahan baku sehingga struktur industri domestik masih lemah karena tingginya ketergantungan terhadap bahan baku asing.

”Sekarang semua industri yang kandungan impor bahan bakunya tinggi akan kami arahkan untuk dimasukkan ke koridor ekonomi yang di dalamnya dibangun kluster. Kluster ini fokus hanya pada beberapa industri itu, Seperti elektronik dan petrokimia,” ungkap Hatta Rajasa.

Kluster yang terdiri atas industri petrokimia akan dikembangkan di Kalimantan Timur. Industri manufaktur lainnya akan dipusatkan di koridor ekonomi pantai utara Jawa.

Khusus untuk pantai utara Jawa, pemerintah akan membangun pelabuhan baru di kawasan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Koridor lain yang akan dikembangkan adalah pantai timur Sumatera, Papua, dan Sulawesi.

”Pemerintah tidak mungkin menghentikan impor bahan baku karena akan menyebabkan industri terhenti. Kalau ditekan dan tidak disediakan substitusinya, produksi akan berhenti. Jadi harus ada roadmap (peta jalan) yang saat ini dibuat di Kementerian Perindustrian. Saya akan tagih roadmap-nya,” kata Hatta.

Pemerintah melihat pelaku usaha yang perlu diperingatkan karena kontribusi impor bahan baku terlalu tinggi, antara lain, adalah Chandra Asri. Kelompok usaha ini mengimpor bahan baku kimianya sebanyak 100 persen.

Kluster industri

Sebelumnya, pemerintah menetapkan tiga lokasi sebagai kluster industri petrokimia, yakni di Banten, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.

Banten akan dikembangkan sebagai kluster industri petrokimia olefin, Jawa Timur untuk industri petrokimia aromatik, dan Kalimantan Timur untuk industri petrokimia berbasis gas.

Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pada 2007 kapasitas produksi bahan kimia dalam negeri mencapai 37,67 juta ton, dan pada 2008 naik menjadi 38,24 juta ton.

Namun, ekspor bahan kimia pada periode tersebut masih ada pada kisaran 5,63 juta ton. Adapun kebutuhan bahan kimia yang diimpor pada 2007 mencapai 3,7 juta ton dan 2008 meningkat menjadi 3,8 juta ton.

Ekonom Fadhil Hasan mengatakan, pengembangan koridor ekonomi bisa saja mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.

Namun, ada beberapa industri yang berorientasi ekspor di dalam negeri yang bersifat ”tukang jahit”, hanya mengandalkan bahan mentah lalu mengolahnya menjadi barang jadi lalu diekspor. Industri ini mengandalkan buruh murah dan tetap mengimpor bahan baku

No comments:

Post a Comment