Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan hal itu di Jakarta, Jumat (3/9), saat berbicara pada Rapat Koordinasi Nasional Usaha
Menurut Hatta, komposisi impor yang masuk ke Indonesia sebagian besar adalah bahan baku sehingga struktur industri domestik masih lemah karena tingginya ketergantungan terhadap bahan baku asing.
”Sekarang semua industri yang kandungan impor bahan
Kluster yang terdiri atas industri petrokimia akan dikembangkan di Kalimantan Timur. Industri manufaktur lainnya akan dipusatkan di koridor ekonomi pantai utara Jawa.
Khusus untuk pantai utara
”Pemerintah tidak mungkin menghentikan impor bahan baku karena akan menyebabkan industri terhenti. Kalau ditekan dan tidak disediakan substitusinya, produksi akan berhenti. Jadi harus ada roadmap (peta jalan) yang saat ini dibuat di Kementerian Perindustrian. Saya akan tagih roadmap-nya,” kata Hatta.
Pemerintah melihat pelaku usaha yang perlu diperingatkan karena kontribusi impor bahan baku terlalu tinggi, antara
Sebelumnya, pemerintah menetapkan tiga lokasi sebagai kluster industri petrokimia, yakni di Banten, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur.
Banten akan dikembangkan sebagai kluster industri
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, pada 2007 kapasitas produksi bahan kimia dalam negeri mencapai 37,67 juta ton, dan pada 2008 naik menjadi 38,24 juta ton.
Namun, ekspor bahan kimia pada periode tersebut masih ada pada kisaran 5,63 juta ton. Adapun kebutuhan bahan kimia yang diimpor pada 2007 mencapai 3,7 juta ton dan 2008 meningkat menjadi 3,8 juta ton.
Ekonom Fadhil Hasan mengatakan, pengembangan koridor ekonomi bisa saja mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.
Namun, ada beberapa industri yang berorientasi ekspor di dalam negeri yang bersifat ”tukang jahit”, hanya mengandalkan bahan mentah lalu mengolahnya menjadi barang jadi lalu diekspor. Industri ini mengandalkan buruh murah dan tetap mengimpor bahan baku
No comments:
Post a Comment