”Bulog tidak akan mengalami kesulitan untuk merealisasikan impor beras seandainya diperintahkan mengimpor,” kata Direktur Perum Bulog Sutarto Alimoeso, Selasa (21/9) di Jakarta.
Hal itu ditegaskan untuk menjawab kekhawatiran berbagai kalangan terkait ketatnya perdagangan beras di pasar dunia saat ini menyusul rencana impor beras oleh China, India, dan gangguan produksi beras di Pakistan.
Pengamat perberasan Husein Sawit mengingatkan agar tidak mengimpor beras sekaligus dalam jumlah besar. Namun, dilakukan secara bertahap agar tidak mengguncang pasar beras dunia yang memang tipis.
Husein memperkirakan, untuk menambah stok pangan nasional, maksimal beras yang harus diimpor 700.000 ton.
Alasannya, total pembelian beras Bulog tahun 2010 sebanyak 1,8 juta ton, ditambah beras stok awal tahun dan dipotong beras untuk program raskin hingga September 2010, stok beras Bulog saat ini 1,4 juta ton. Sementara pemerintah menginginkan stok akhir tahun 1,5 juta ton. ”Dengan asumsi Bulog bisa beli beras lagi sampai akhir tahun 500.000 ton, impor hanya perlu 700.000 ton,” katanya.
Kelompok Kerja Ahli Dewan Ketahanan Pangan dapat menerima impor beras untuk meningkatkan stok Bulog dalam jangka pendek. Namun, yang utama adalah mengupayakan diversifikasi pangan. Menurut Husein, tahun ini musim panen gadu pertama atau musim kemarau I tidak menggembirakan. Rendemen beras turun. Bahkan, ada yang sampai 48 persen. Artinya, setiap 100 kg gabah kering panen hanya menghasilkan 48 kg beras. Pada kondisi normal rendemen 54-55 persen.
Sutarto menegaskan, produksi beras tahun 2010 tak bisa dibandingkan dengan tahun 2009. Tahun lalu iklim normal, sementara tahun ini musim tanam mundur. Kondisi saat ini mirip tahun 2007, tetapi pengadaan beras saat ini lebih baik dibanding tahun 2007
No comments:
Post a Comment