Friday, September 3, 2010

Manajemen Bulog Harus Lebih Kreatif Dalam Menangani Beras

Manajemen Perum Bulog diminta lebih kreatif dalam menjalankan kinerja perusahaan. Hal ini diperlukan agar Bulog memiliki daya saing dan bisa lebih banyak menyerap hasil panen padi petani.

Provendus, yang juga Menteri Pertanian, Suswono menyampaikan disertasinya dalam sidang terbuka untuk meraih gelar doktor bidang manajemen dan bisnis di Institut Pertanian Bogor, Jumat (3/9).

Penguji disertasi yang berjudul ”Strategi Peningkatan Daya Saing Organisasi Logistik Pangan Nasional yang Berkelanjutan: Studi Kasus Bulog” adalah mantan Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar, dan Guru Besar Ilmu Ekonomi IPB Hermanto Siregar.

Adapun komisi pembimbing diketuai Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB Arief Daryanto, dengan anggota Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin, dan staf ahli Perum Bulog M Husein Sawit.

Dari hasil penelitiannya, Suswono menyimpulkan, Bulog harus lebih kreatif menjalankan fungsinya sebagai lembaga stabilisasi pangan terutama beras. Hal ini terutama dalam menjalankan tugas pelayanan publik (PSO), sosial kemasyarakatan seperti cadangan beras pemerintah (CBP), ataupun komersial.

”Bulog jangan hanya rutin mengelola PSO seperti biasa. Bayangkan, Bulog saat ini mengelola dana Rp 14 triliun tanpa tender,” ujarnya.

Suswono mengingatkan, Bulog juga harus kreatif mengembangkan industri hulu. Apalagi, Bulog memiliki unit pengolahan gabah dan beras lebih dari 120 unit. ”Kalau swasta bisa mengolah gabah dan menjual ke Bulog dengan harga sesuai HPP, kok Bulog tidak?” ujarnya.

Dijelaskan, stok beras Bulog harus kuat. Selama ini pengadaan beras Bulog secara nasional 7 persen. Idealnya cadangan beras pemerintah di Bulog 1 juta ton. ”Pengadaan idealnya di atas 2 juta, syukur bisa 3 juta ton, sehingga tidak akan ada lagi spekulasi,” kata Suswono.

Meski saat ini produksi naik 3,08 persen dibanding tahun lalu, harga tetap tinggi. Hal ini, menurut Suswono, karena stok beras Bulog hanya 1,4 juta ton. Padahal, di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, misalnya, pasokan beras 3.000-4.000 ton per hari. Karena stok kecil, maka ada spekulasi atau masyarakat menahan karena cuaca sulit ditebak,” kata Suswono.

No comments:

Post a Comment