Wednesday, November 11, 2015

Alam Sutera Lego Tanah Rp 2,9 Triliun Untuk Penuhi Target Sales Tahun Ini

Pengembang properti, PT Alam Sutera Realty Tbk berencana menjual lahan guna mengejar target pendapatan pra-penjualan (marketing sales) pada tahun ini yang dipatok di level Rp 4,5 triliun. Corporate Finance and Investor Relations Division Head Alam Sutera Vincent Sjahbana mengakui sampai saat ini realisasi marketing sales perseroan masih sangat minim. “Memang kami masih mau jual lahan. Ada 13 hektare yang mau kami jual. Kalau jadi bisa senilai Rp 2,9 triliun,” jelasnya dalam Invesor Summit di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (10/11).

Alam Sutera mematok target marketing sales pada tahun ini Rp 4,5 triliun. Namun, dalam realisasinya hingga akhir September 2015, perseroan baru mengantongi sebanyak Rp 1,46 triliun.Hingga September 2015, porsi marketing sales perseroan didominasi dari proyek residensial sebesar 42 persen, komersial sebanyak 37 persen, apartemen 17 persen, dan gedung perkantoran sebanyak 4 persen.

Vincent menjelaskan, saat ini Alam Sutera memiliki cadangan lahan kotor (gross landbank) seluas 186 hektare. Ia mengungkapkan, ada beberapa perusahaan yang tertarik membeli lahan perseroan. “Yang mau beli ada developer asing dan lokal. Semuanya lahan kosong,” ungkapnya. Selain itu, lanjutnya, perseroan juga berencana menggarap 20 hektare untuk pengembangan Superblok. Perseroan telah meneken Nota Kesepahaman (MoU) untuk membentuk Joint Venturedan bersama–sama mengembangkan lahan seluas 20 hektare di Alam Sutera yang meliputiInternational Exhibition and Congress Center.

Alam Sutera juga telah meneken Nota Kesepahaman (MoU) untuk membentuk Joint Venture dan bersama–sama mengembangkan lahan seluas 300 hektare di Suvarna Sutera, Pasar Kemis, Tangerang yang merupakan themepark berskala besar.

Vincent menambahkan, Alam Sutera saat ini tengah berfokus untuk menekan jumlah utang perseroan, khususnya utang obligasi dolar Amerika Serikat (AS) senilai US$ 460 juta. Ia mengatakan, perusahaan memiliki fleksibilitas untuk melakukan pembayaran lebih cepat dari waktunya (call) untuk sisa obligasi dolar AS pada 2017.

“Perseroan berencana menurunkan rasio utang terhadap ekuitas melalui peningkatan posisi kas dengan mengurangi pengeluaran modal dan mempercepat monetisasi aset,” jelasnya. Dari sisi manajemen risiko, perseroan telah melakukan aktivitas lindung nilai terhadap utang obligasi (hingga Rp 14.500).  Pada September 2015, lanjut Vincent, perusahaan menambah total lindung nilai (hedging) sebesar US$ 30 juta.

“Perusahaan juga memliki perjanjian pinjaman konstruksi (construction loan agreement) dengan Bank Hana di bulan Juli 2015 sebanyak Rp 500 miliar. Total pinjaman yang sudah dicairkan per 30 Oktober 2015 adalah Rp 208 miliar,” jelasnya. Sementara pada Oktober 2015, Vincent mengaku telah menambah pinjaman dari Bank ICBC Indonesia sebesar Rp 790 miliar. Per 31 Oktober 2015, manajemen telah menarik pinjaman sebesar Rp 507 miliar dari fasilitas tersebut.

No comments:

Post a Comment