Perusahaan galangan kapal pelat merah, PT PAL Indonesia (Persero) telah menandatangani kerjasama pembuatan turbin generator bagi pembangkit listrik tenaga arus laut bersama OpenHydro, sebuah anak usaha dari produsen perlengkapan angkatan laut dan energi terbarukan asal Perancis, Des Construction Navales Services (DCNS) S.A. Project Manager OpenHydro Michael Lewis mengatakan Indonesia merupakan lokasi strategis untuk berinvestasi karena memiliki perairan yang luas dan terletak di antara dua samudera, sehingga arus listrik yang dihasilkan sangat potensial.
Selain itu, ia mengatakan bahwa PT PAL merupakan mitra yang tepat karena perusahaan tersebut memiliki fasilitas perakitan dan juga lokasi produksi yang cukup luas di Surabaya, Jawa Timur. "Setiap kami melakukan investasi energi arus ombak, sebanyak 75 persen komponennya menggunakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Mengingat PT PAL sudah memiliki keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) serta peralatan yang mumpuni, maka kami pilih untuk membantu kami memproduksi turbin-turbin tersebut," jelas Lewis ketika ditemui di sela-sela Indonesia Infrastructure Week, Jakarta, kemarin.
Ia melanjutkan, kerjasama OpenHydro dan PT PAL ini nantinya akan menghasilkan 150 unit turbin dengan daya masing-masing sebesar 2 Megawatt (MW) yang dihasilkan sampai 2023. Dengan demikian, diharapkan turbin-turbin ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 300 MW pada tahun tersebut. Namun untuk mendapatkan daya listrik yang maksimal, maka penempatan turbin-turbin ini juga harus dilakukan dilakukan di wilayah-wilayah yang memiliki arus ombak yang sangat kuat. Untuk menentukan lokasi-lokasi tersebut, kedua perusahaan mengandeng perusahaan konsultasi kemaritiman lokal yaitu PT ASR.
"Hasil riset yang dilakukan oleh PT ASR menunjukkan adanya 10 lokasi potensial di Indonesia, mulai dari Selat Sunda hingga perairan dekat Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Kami masih dalam rangka survei," tambahnya. Produksi turbin mulai dilakukan pada tahun depan dengan jumlah tiga sampai empat turbin sebagai proyek percobaan. Pada tahun berikutnya, kedua perusahaan berharap bisa menambah jumlah produksi turbin per tahun dengan angka produksi maksimal 25 turbin per tahunnya.
"Akhir tahun ini kami akan rampungkan studi kelayakan. Lalu produksi tiga hingga empat turbin dulu, lalu meningkat jadi 10 turbin di tahun depannya dan meningkat lagi sampai produksi mencapai 25 turbin per tahun," tutur Lewis. Kendati demikian, ia belum bisa memberitahu angka investasinya karena masih dalam tahap studi kelayakan. "Karena kita belum tahu berapa beban yang diperlukan untuk membuat satu unit turbin di Indonesia, tentunya hal ini akan kita kaji lagi di dalam studi kelayakan," tambahnya.
Di kesempatan yang sama, Business Development Offshore Construction PT PAL M. Ischaq mengatakan kalau kerjasama ini sudah masuk ke dalam rencana bisnis PT PAL tahun depan. Selain itu, perseroan juga akan mencari pembiayaan lain agar bisa mulai meproduksi turbin-turbin tersebut jika nilai investasi sudah diketahui dari hasil studi kelayakan.
"Memang kami perlu pembiayaan eksternal, namun kami akan mencari sumbernya kalau feasibility study ini selesai. Jika proyek ini rampung, kami harapkan listrik-listrik yang dihasilkan ini bisa diserap PT PLN (Persero) dengan skema Independent Power Producer (IPP)," tambah Ischaq.
Sebagai informasi, DCNS Group melalui OpenHydro telah melakukan proyek pembangkit listrik arus ombak dengan total daya sebesar 1 Giga Watt (GW) yang tersebar di Kanada, Perancis, dan Inggris. Sedangkan perusahaan sendiri melihat potensi listrik arus ombak sebesar 115 GW di seluruh dunia. DCNS sendiri berharap lini usaha pembangkit listrik ini bisa menyumbang 1 miliar Euro bagi perusahaan di tahun 2025. Hingga akhir tahun 2014, DCNS Group telah membukukan pendapatan total sebesar 3,1 miliar Euro.
No comments:
Post a Comment