Minat tersebut telah disampaikan secara resmi melalui surat kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) beberapa waktu lalu. Hanya saja sekarang menunggu kepastian dari pihak Freeport. "Kami dari BUMN sebagai badan usaha milik negara, di mana kami memiliki 9,26% dari Freeport menulis surat ke Kementerian ESDM dan Kemenkeu. Kami berminat kalau ada divestasi dari Freeport. Kalau dalam perjanjiannya 10 sekian persen. Karena kalau kita bisa membeli itu, berarti BUMN memiliki 20%. Jadi belum ada kabar lagi," paparnya.
Rini menyampaikan, Bahana Sekuritas memang telah dipersiapkan untuk menghitung valuasi dari saham Freeport yang didivestasikan. Akan tetapi, nominal penawaran harus datang dari pihak Freeport. "Kita memang ada sendiri, tapi valuasi itu harus dari mereka sendiri. Bukan dari kita. Nggak bisa dikira-kira nilainya. Kita dengar dulu yang mau jual berapa harganya. Terus kita lihat, mampu apa nggak segini," kata Rini.
Dua BUMN yang disiapkan adalah PT Aneka Tambang (Antam) Tbk dan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). Dari Inalum nantinya akan menggunakan dana kas perusahaan. Sementara Antam belum diketahui sumbernya, meski dimungkinkan berasal dari suntikan modal pemerintah. "Inalum sama Antam, dananya ada nanti kita lihat," sebutnya.
Freeport sendiri mengakui belum menawarkan saham yang akan dilepas sebanyak 10,64% dengan alasan masih menunggu mekanisme dan kepastian hukum yang jelas. Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan BUMN berminat untuk membeli saham PT Freeport Indonesia sebesar 10,64%. BUMN yang berminat yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam dan PT Inalum (Persero). Apakah pembelian saham Freeport ini bakal menguntungkan?
"Jangka panjang (menguntungkan)," kata Rini, di atas KM Kelud, Karimun Jawa, Jawa Tengah, Sabtu (21/11/2015). Rini menjelaskan, namun tentunya BUMN harus melihat berapa harga yang ditawarkan oleh Freeport, karena bila harganya terlalu tinggi maka bukan untung yang didapat melainkan buntung alias rugi yang didapat. "Tapi itu kan tergantung harga. Makanya kalau nanti kita lihat harganya terlalu tinggi, kalau tidak menguntungkan buat kita ya tidak kita lakukan. Ya kalau berminat kan tergantung berapa harganya," jelas Rini.
Terkait harga saham sendiri, kata Rini, masih menunggu berapa yang ditawarkan Freeport. Karena perhitungan valuasi saham yang ditawarkan merupakan wewenang perusahaan asal Amerika Serikat itu. BUMN atau pemerintah tidak bisa menentukan berapa nilai saham 10,64% Freeport.
"Kita memang ada sendiri (hitung-hitungan harga saham Freeport), tapi valuasi itu harus dari mereka sendiri, bukan dari kita. Nggak bisa dikira-kira. Kita dengar dulu yang mau jual berapa harganya, terus kita lihat mampu apa nggak segini. Iya memang dari dasarnya sudah begitu, tapi kita belum tahu harganya," tutup Rini.
No comments:
Post a Comment