Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Nus Nuzulia Ishak mengakui perolehan nilai transaksi tahun ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Hal itu terjadi karena pameran kali ini tidak memfasilitasi transaksi investasi dan hanya sebatas penjajakan. Sementara pada pada ajang yang sama tahun lalu, transaksi investasi dimungkinkan dengan realisasi mencapai US$ 500 juta.
"Tahun lalu, pernah transaksi investasi pernah sekitar US$ 500 juta karena mereka (peserta) sebelumnya sudah banyak melakukan komunikasi dengan investornya," ujarnya dalam konferensi pers di Auditorium Utama Gedung Kemendag, Jakarta, Rabu (18/11). Kendati demikian, Nus mengklaim penyelenggaraan TEI tahun ini telah berhasil menembus pasar non tradisional ekspor Indonesia. Tercatat, para pembeli dari negara-negara nontradisional membukukan transaksi tertinggi selama acara berlangsung.
Kemendag merinci, transaksi pembeli asal Malaysia mencapai US$109,62 juta atau 12,78 persen dari total transaksi, diikuti oleh pembeli asal Uni Emirat Arab (UEA) sebesar US$86,24 juta atau 10,05 persen. Menyusul kemudian pembeli Afrika Selatan sebesar US$ 52,01 juta (6,06 persen), Turki US$44,93 juta (5,24 persen), dan Mesir US$42,76 juta (4,98 persen).
“Demikian juga di tahun 2016, kalau seandainya ekonominya sudah mulai recovery kita akan lebih banyak lagi untuk mendapatkan buyers,” ujarnya.Adapun produk yang paling banyak diminati adalah produk tekstil dan produk tekstl (TPT) dengan perolehan transaksi mencapai US$ 154,05 juta atau 17,96 persen dari total seluruh transaksi produk.
Setelah itu diikuti oleh produk furnitur yang menghasilkan transaksi sebesar US$ 116,26 juta (13,56 persen), makanan olahan sebesar US$ 107,99 juta (12,59 persen), kopi sebesar US$ 62 juta (7,23 persen), dan produk kimia sebesar US$ 46 juta (5,36 persen).
Dari sektor jasa, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mencatat nilai transaksi terbesar di sektor plantation sebesar US$ 27,86 juta atau 53,82 persen dari total transaksi jasa. Diikuti jasa manufaktur sebesar US$ 12,43 juta (23,93 persen), jasa konstruksi US$ 10,50 juta (20,22 persen), pertanian dan perkebunan US$ 364,32 ribu (0,7 persen), serta hospitality US$ 350,16 ribu (0,67 persen).
BNP2TKI melaporkan peminat sektor jasa terbesar dari Malaysia dengan nilai transaksi sebesar US$ 50,62 juta atau 97,45 persen dari total transaksi jasa. Sisanya dibukukan oleh peminat dari Libya dengan nilai transaksi US$ 23,4 ribu, Irak US$ 194,4 ribu, Uni Emirate Arab US$ 171,6 ribu, dan Ethiopia US$ 115,2 ribu.
Pada gelaran TEI tahun ini diikuti sebanyak 1.046 peserta dan dikunjungi oleh 14.041 pengunjung asal mancanegara. Meskipun jumlah pengunjung turun dari tahun lalu yang mencapai 14.345 pengunjung, tapi jumlah asal negara pengunjung mengalami peningkatan menjadi 129 dari 125 pada TEI 2014. Kementerian Perdagangan kembali menggelar Trade Expo Indonesia yang menjadi ajang pameran perusahaan dengan produk ekspor terbaik dari sektor industri, pertambangan, pertanian, dan kerajinan. Pemerintah menargetkan nilai transaksi Trade Expo tahun ini naik 14 persen dari US$ 622 juta nilai transaksi pameran tahun lalu menjadi US$ 800 juta.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak menjelaskan optimisme naiknya nilai transaksi karena jumlah peserta pameran dan pembeli yang terdaftar meningkat. "Potential buyer yang mendaftar ada 14.220 pembeli dari 102 negara. Sementara tahun lalu hanya 9 ribu pembeli dari 100 negara," ujar Nus Nuzulia, Rabu (8/10).
Pameran yang berlangsung di Jakarta International Expo Kemayoran 8-12 Oktober 2014 itu selalu membuka kesempatan bagi produk terbaik Indonesia untuk masuk ke pasar internasional. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan begitu banyaknya jumlah pengunjung dan pembeli selama pameran berlangsung, membuktikan kualitas produk Indonesia mampu bersaing dan diterima oleh pasar internasional. Pasar Indonesia untuk kelas menengah terustumbuh, sehingga investasi di Indonesia naik dalam beberapa tahun terakhir. "Investasi Jepang dan korea naik 700 persen sejak 2010 sampai 2013. Sehingga produk-produk terbaik pun bermunculan tidak hanya dari perusahaan luar negeri tetapi juga luar negeri yang memenuhi standar ekspor," kata Lutfi.
No comments:
Post a Comment