Sunday, November 8, 2015

Asian Agri Bangun 20 Pembangkit Listrik Biogas

PT Asian Agri berencana berinvestasi di pembangkit listrik tenaga biogas dengan memanfaatkan limbah pabrik pengolahan kelapa sawit milik perusahaan itu di tiga provinsi. Rencananya, sampai 2020, akan dibangun 20 unit pembangkit listrik tenaga biogas.  “Kami sudah membangun lima unit, tiga lagi mudah-mudahan bisa beroperasi tahun depan,” kata Freddy Widjaya, General Manager Asian Agri, di Singapura, Jumat (6/11).

Freddy mengatakan, untuk membangun pembangkit listrik tenaga biogas itu, perusahaannya berinvestasi sebesar US$4,7 juta. Tiap-tiap pembangkit mampu memproduksi 2 Megawatt listrik.  “Listrik yang dihasilkan 20-25 persen untuk domestik, sisanya adalah potensi yang bisa kami jual kepada PLN,” kata Freddy lagi. Pembangkit listrik tenaga biogas ini mengandalkan bahan baku gas metana yang keluar dari limbah hasil pengolahan minyak sawit. Caranya, lokasi pembuangan limbah ditutup, lalu gas metana yang dihasilkan dialirkan ke pembangkit untuk diubah jadi listrik.

Asian Agri beroperasi di provinsi Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Mereka mengelola 27 kebun sawit dan 20 pabrik pengolahan sawit. Total lahan yang mereka kelola mencapai 160 ribu hektare, di mana 100 hektare adalah perkebunan inti dan sisanya adalah milik petani plasma dan swadaya.

PT Asian Agri akan mengembangkan produk turunan sawit berupa biogas pada semester I tahun depan dalam rangka diversifikasi bisnis. Untuk itu, perseroan telah menyiapkan lima rancangan proyek untuk menyukseskan bisnis barunya itu.  "Kita tunggu saja kapan tanggal mainnya, namun harapan kita sih first half 2015 sudah pada tahapconditioning" ujar Freddy Widjaya, General Manager PT Asian Agri di Jakarta, Jumat (12/12).

Kendati demikian, Freddy Widjaya mengatakan perusahaannya belum berniat untuk menambah produksi kelapa sawit (CPO) pada tahun depan. Produksi CPO tahun depan diperkirakan masih berada di kisaran 1 juta metrik ton, dengan komposisi 50 persen dari produksi lahan inti dan 50 persen dari lahan plasma dan swadaya.  "Kita masih fokus pada sistem intensifikasi. Kita planting, replanting, dan replanting lagi, jadinya tahun depan secara produksi angkanya masih stabil di 1 juta metrik ton. Kan cuma ganti pohon terus tanam lagi" terang Freddy.

Sejalan dengan itu, Freddy mengatakan pihaknya juga belum akan membuka lahan inti baru karena masih fokus mengembangkan 5.000 hingga 7.000 hektar lahan yang tersedia dengan sistem replanting atau menggantikan tanaman-tanaman yang sudah berumur tua dengan bibit-bibit baru hasil budidaya. Sebelumnya, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil hasan memperkirakan stagnasi industri sawit masih akan berlanjut pada tahun depan jika melihat tren permintaan dan harga komoditas di pasar global yang belum membaik. Namun, ada peluang dari dalam negeri untuk bisa mengompensasi penurunan ekspor, yakni dari kebijakan pemerintah mendorong penggunaan biofuel.

Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit PT Asian Agri berencana menambah lahan pengelolaan petani swadaya menjadi 60 ribu hektare pada 2020. Hal ini sebagai upaya Asian Agri untuk menambah produksi kelapa sawit perusahaan serta untuk meningkatkan pendapatan pekebun kelapa sawit setempat. eneral Manager PT Asian Agri Freddy Widjaya mengatakan pada 2014 ini sudah terdapat 10 ribu hektare lahan swadaya dan pada tahun 2020 mendatang akan ada tambahan 60 ribu hektare lahan perkebunan swadaya yang dibina oleh perusahaannya.

"Memang sejak tahun 2011 kita sudah melakukan hal tersebut, namun kita menyadari bahwa kita juga perlu membina masyarakat untuk ikut serta dalam meningkatkan peoduktivitas nasional" ujarnya di Jakarta, Jumat (12/12). Meskipun memiliki tujuan yang jelas namun dirinya mengatakan bahwa aksi perusahaan ini tak lepas dari berbagai hambatan. "Salah satu hambatannya ya membina pekebun swadaya tersebut. Kalau petani plasma kan sudah dapat arahan dari perusahaan, intinya bagaimana berbudi daya tanaman kelapa sawit dengan benar,” tambah Freddy

Ia menjelaskan bahwa saat ini perusahaannya memiliki 100 ribu hektare lahan inti dan 60 ribu hektare lahan pekebun plasma dengan produksi sebesar satu juta metrik ton minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) per tahun. Freddy juga mengatakan bahwa meskipun perusahaannya sedang memberlakukan kebijakan intensifikasi, namun 60 ribu lahan ini akan tetap dibuka dengan menggunakan teknik-teknik yang memperhatikan keberlangsungan.

"Kita juga harus sadar bahwa permintaan global kelapa sawit juga akan meningkat kedepannya, memang kita akan buka lahan tapi kita perhatikan tekniknya,” jelasnya. Sebelumnya Asian Agri memang sudah berencana menambah lahan perkebunan swadaya sebanyak 20 ribu hektar pada tahun 2016. Sejauh ini, lokasi perkebunan swadaya Asian Agri tersebar di Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

Untuk mencapai target 60 ribu hektar perkebunan swadaya di tahun 2020, Freddy menyatakan bahwa perusahaannya akan mengurangi pengelolaan lahan plasma. "Kita juga akan memperlakukan pekebun swadaya ini layaknya perkebunan dengan sistem plasma. Kita akan bina agar mereka dapat sertifikasi, sehingga jika produktivitas meningkat, pendapatannya juga meningkat,” tukasnya.

No comments:

Post a Comment