Saturday, November 21, 2015

Kartel Beras Di Pasar Cipinang

‎Baru-baru ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mensinyalir ada praktik bisnis tak sehat dalam rantai pasok beras di Jakarta. Hal ini terindikasi dari mulai sulitnya pasokan beras medium di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), serta harga beras medium yang berada di atas Rp 9.000/kg di tingkat pasar induk.

Berdasarkan penelusuran KPPU, pemasok beras di Jakarta sendiri dikuasai 6-7 pemasok besar. Kondisi ini membuat penetapan harga dan pasokan beras seperti di PIBC bisa dan dapat kendalikan. Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Persatuan Pedagang Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Sutarto Alimoeso menepis ‎dugaan adanya kartel.  "Ada ratusan pedagang beras di Cipinang, rasanya tidak mungkin bisa kartel. Penggilingan dan pemasoknya juga ada banyak sekali," kata Sutarto.

Dia ‎menambahkan, kondisi pasar beras berbeda dengan gula, gandum, atau kedelai yang pemasoknya sangat terbatas di Indonesia. Dirinya sangsi ada kartel beras di Indonesia. "Beras itu berbeda dengan gula, gandum, atau kedelai yang bisa kartel," ucapnya. Sutarto juga mengoreksi pernyataan KPPU yang menyebut hanya ada sekitar 7 pemasok besar ke PIBC. Menurut perhitungannya, ada sekitar 30-an pedagang besar di PIBC, bukan 6-7 seperti dugaan KPPU. "Ada puluhan pedagang besar (di PIBC), bukan kurang dari 10," sebutnya.

Meski demikian, dia meminta pemerintah tetap waspada dan menjaga stabilitas harga beras dengan memperkuat peran Perum Bulog. "Pemerintah harus memperkuat Perum Bulog untuk menjaga stabilitas harga beras di dalam negeri," tandasnya. ‎Sebagai informasi, meski pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih terhitung normal karena di atas 3.000 ton per hari, namun harga beras kualitas III atau beras medium sudah melonjak hingga kisaran Rp 9.000/kg.

Pasokan beras medium ke PIBC memang merosot belakangan ini. Biasanya pasokan beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah mencapai 1.000‎ ton/hari, tapi saat ini tinggal 300-400 ton/hari, akibatnya harga melompat ke Rp 9.000-9.100/kg dari tingkat normal Rp 8.200-8.300/kg. ‎Sebagian besar beras yang masuk ke PIBC saat ini adalah beras kualitas II yang harganya Rp 9.300-9.400/kg dan beras kualitas I yang harganya Rp 9.500-9.600/kg. Anjloknya pasokan beras medium ini diduga KPPU akibat ulah kartel beras.

Pedagang beras di pasar tradisional Jakarta mengungkapkan harga beras medium (IR 64) masih terus merangkak naik, termasuk di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pengakuan pedagang, telah ada kenaikan harga beras sejak dua bulan terakhir meski secara perlahan.  Harga beras medium yang paling banyak dicari masyarakat yaitu jenis IR 64 di Pasar Minggu, Jumat (20/11/2015) harganya Rp 9.000-11.000/kg.  "IR 64 paling murah Rp 9.000/kg. Kalau paling mahal Rp 11.000/kg. Sudah nggak ada harga yang kepala delapan. Pandan wangi saja sudah Rp 12.800/kg," ungkap Mawarni, salah seorang pedagang beras di Pasar Minggu.

Mawarni menuturkan, kenaikan harga terjadi secara perlahan bertahap dimulai sejak dua bulan terakhir. "Naiknya ada kayaknya dari dua bulan lalu. Bulan lalu IR sedang harganya masih Rp 8.500/kg. Naik pelan-pelan jadi nggak terasa mungkin ya," katanya.  Meski harga beras naik, Mawarni belum menjumpai adanya operasi pasar beras oleh Perum Bulog. "Operasi pasar belum ada sampai sekarang, biasanya kalau harganya melonjak banget baru ada OP. Ini naik terus bertahap udah lama," imbuhnya

Di tengah terus naiknya harga, pemerintah mengambil keputusan impor beras untuk cadangan beras pemerintah. Adanya kabar beras impor rupanya belum berpengaruh ke tingkat pedagang pengecer di Pasar Minggu.  "Beras medium naik semua. Setara IR 64 itu kaya beras pera buat nasi goreng, beras pera IR 42 juga naik pelan-pelan. Beras Ramos, Muncul, Garut juga naik terus, nggak pernah turun. Beras Muncul sekarang Rp 11.200," jelasnya.

Mawarni yang biasa belanja beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) mengaku belum mendapat kabar adanya beras Vietnam yang diperdagangkan. "Belum ada yang jual beras Vietnam. Belum ada kabar. Dari Cipinang (Pasar Induk Beras Cipinang) belum ada yang nawarin juga," ungkap Mariani.

Sampai hari ini, Mawarni masih menjual beras dari Karawang, Garut, dan beberapa dari Jawa Tengah. Ia pun mengaku tidak kesulitan mendapat pasokan beras medium.  "Saya ambil dari pasar induk Cipinang. Kebanyakan beras Karawang, Garut, ada juga dari Jawa. Barang sih masih ada aja, saya terakhir belanja tadi pagi masih gampang carinya. Per hari biasa beli 15 karung masih ada berasnya," tambah Mariani.

Berikut harga beras setara IR 64, antara lain:
  • IR Sedang Rp 8.000/kg
  • Ramos setra Rp 10.000/kg
  • Sedang ramos Rp 9.800/kg
  • Pandan wangi super Rp 12.500/kg
  • Pulen wangi Rp 9.500/kg
  • Garut Rp 9.300/kg
  • Pulen Ramos Rp 9.000/kg
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) soal rata-rata harga beras nasional jenis medium, memang ada kenaikan harga tipis selama sebulan terakhir. Misalnya pada 21 Oktober 2015 harga beras medium rata-rata nasional Rp 10.437/kg, namun pada 20 November 2015 harganya mencapai Rp 10.550.

Berdasarkan pengakuan pedagang, pasokan beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) masih normal, di atas 3.000 ton per hari. Namun harga beras kualitas III atau beras medium sudah melonjak hingga kisaran Rp 9.000/kg. Kenaikan harga ini karena pasokan beras medium seperti IR 64 berkurang ke pasar 2 bulan terakhir. Pasokan beras medium ke PIBC memang merosot, biasanya pasokan beras medium yang banyak dikonsumsi masyarakat menengah ke bawah mencapai 1.000‎ ton/hari, tapi saat ini tinggal 300-400 ton/hari, akibatnya harga melompat ke Rp 9.000-9.100/kg dari tingkat normal Rp 8.200-8.300/kg.

‎Sebagian besar beras yang masuk ke PIBC saat ini adalah beras kualitas II yang harganya Rp 9.300-9.400/kg dan beras kualitas I yang harganya Rp 9.500-9.600/kg. Ketua Umum Persatuan Pedagang Beras dan Penggilingan Padi (Perpadi) Sutarto Alimoeso menjelaskan, melonjaknya pasokan beras premium dan merosotnya suplai beras medium tersebut merupakan dampak dari kualitas gabah pada musim kemarau.

Beras yang masuk ke pasar saat ini adalah hasil panen pada musim kemarau yang berlangsung sampai Oktober lalu. Ketika musim kemarau, penjemuran gabah tentu lebih sempurna dibanding saat musim hujan, kadar airnya menjadi sedikit sehingga kualitasnya bagus.‎ Dengan begitu, otomatis beras yang dihasilkan sebagian besar adalah kualitas II dan kualitas I.

"Beras yang dijual ke pasar sekarang ini kan hasil panen musim kemarau. Kalau musim kemarau, kualitas gabah tentu lebih bagus," ujar Sutarto yang juga Mantan Dirut Perum Bulog. Menurut Sutarto, penggilingan-penggilingan padi cenderung lebih memilih mengolah gabah-gabah yang bagus itu menjadi beras premium. Jika digiling menjadi beras medium, harga beras menjadi lebih rendah sehingga pendapatan yang diperoleh penggilingan lebih sedikit. "Penggilingan enggan menurunkan kualitas beras. Kalau bisa jual premium, ngapain jual kualitas medium," ucapnya.

Selain itu, berkurangnya pasokan beras medium juga dipengaruhi oleh siklus panen dan el nino. Produksi pada akhir tahun memang biasanya sedikit, apalagi ada el nino.  "Kalau kemarau panjang, tentu panen‎ tidak sebanyak biasanya," tutupnya. Sebelumnya, KPPU mensinyalir ada praktik bisnis tak sehat dalam rantai pasok beras di Jakarta. Hal ini terindikasi dari mulai sulitnya pasokan beras medium di Pasar Induk Cipinang (PIC), serta harga beras medium yang berada di atas Rp 9.000/kg di tingkat pasar induk.

Ketua KPPU Muhammad Syarkawi Rauf mengatakan, dari hasil penelusurannya, pemasok beras di Jakarta sendiri dikuasai 6-7 pemasok besar. Kondisi ini membuat penetapan harga dan pasokan beras seperti di PIC bisa dikendalikan. “Bukan mafia, saya sebut ada kemungkinan kartel di pasokan. Beras di Jakarta rata-rata dari Jawa Barat, sisanya dari Jawa Tengah. Bulog ini dengan pasokan berasnya di gudang ini hanya kuasai 20% saja, sisanya yang beras beredar ini dari 5-6 perusahaan itu sebesar 80%,” ujar Syarkawi.

No comments:

Post a Comment