Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengkritik pemerintah yang terkesan mengabaikan daya beli masyarakat yang melemah menyusul realisasi pertumbuhan ekonomi yang setinggi harapan publik.
Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartati mengatakan meskipun perekonomian nasional tumbu 4,73 persen atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,67 persen, tetapi melambat "Pertumbuhan ekonomi kuartal III menurun dari tahun lalu dikarenakan terlambatnya belanja rumah tangga,” ujarnya saat dihubungi.
Menurut Enny, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2015 seharusnya berada pada kisaran 5 persen. Namun, realisasinya jauh dari ramalan karena pemerintah dinilai keliru dalam mengambil kebijakan sehingga kontraproduktif. “Adanya PHK massal juga disebabkan oleh perlambatan ekonomi, daya beli masyarakat menurun akibatnya produksi menurun dan banyak pekerja yang di PHK,” tuturnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,73 persen pada kuartal III 2015, meningkat jika dibandingkan dengan kuartal II yang hanya sebesar 4,67 persen. Namun pertumbuhan ini melambat dari periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy) yang mencapai 5,01 persen.
Deputi Neraca Produksi BPS Kecuk Suharyanto mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.311 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia terseret kondisi perekonomian global pada kuartal III 2015 yang masih melambat tapi tidak merata.
No comments:
Post a Comment