Wednesday, November 4, 2015

Menghitung Nilai Saham Sampoerna Pasca Rights Issue dalam IHSG

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini mengalami hal yang tidak biasa. Pasalnya, hasil penerbitan saham baru (rights issue) perusahaan dengan nilai kapitalisasi terbesar, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk telah mulai diperhitungkan. Berdasarkan data BEI hingga pukul 16.00 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,75 persen ke level 4.612. Sementara, harga saham Sampoerna telah menguat 3,41 persen ke level Rp 95.400 per lembar saham. Adapun, posisi tertinggi saham tersebut dalam perdagangan hari ini mencapai level Rp 97.700, sedangkan titik terendah berada di Rp 92.250 per saham.

Dalam perdagangan tersebut, sebanyak 2,5 juta saham Sampoerna diperdagangkan dengan frekuensi mencapai 5.176 kali. Adapun perdagangan saham Sampoerna tersebut mencetak nilai hingga Rp 242,77 miliar. Kepala Divisi Operasional Perdagangan BEI Eko Siswanto mengatakan, mengingat kapitalisasi pasar Sampoerna yang relatif besar dan untuk menjaga tidak terjadinya fluktuasi indeks yang signifikan, pihaknya akan memasukkan saham berkode HMSP dengan skema khusus.

Pertama, pada 4 November 2015, persentase jumlah saham Sampoerna yang diperhitungkan dalam indeks sebesar 25 persen. Kemudian pada 18 November 2015 sebesar 50 persen, lalu 2 Desember 2015 sebanyak 75 persen, dan 16 Desember 2015 sebesar 100 persen. Sementara, Kepala Divisi Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyatakan, merujuk data yang diperoleh pada 2 November 2015 perihal penerbitan saham hasil pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Sampoerna, telah terkonversi saham.

“Telah terjadi konversi sebanyak 121.597 HMETD menjadi saham,” jelasnya dalam keterangan resmi, Selasa (3/11). Ia menjelaskan, dengan adanya laporan pelaksanaan HMETD tersebut jumlah saham Sampoerna yang tercatat di BEI berjumlah 4,65 miliar saham. Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan bobot saham Sampoerna terhadap pergerakan IHSG sebelumnya berada di level 9 persen. Adapun, dengan adanya pertambahan saham, maka bobotnya bakal naik di atas 9 persen, sekitar 9,14 persen.

“Per posisi sekarang kira-kira bobotnya bisa di atas 9 persen. Sekarang saja baru 25 persen saham rights issue sudah mulai terasa, bagaimana kalau nanti 100 persen,” jelasnya. “Setiap penaikan 1 poin harga saham Sampoerna, akan membuat IHSG bergerak 0,11 poin atau setara 0,0024 persen. Sementara, lanjutnya, tiap 1 persen pergerakan saham Sampoerna, bakal membuat IHSG terdorong 0,09 persen,” rinci Satrio.

“Saya rasa langkah BEI untuk menjadwalkan penghitungan saham Sampoerna secara bertahap sudah bagus. Hal itu agar investor tidak langsung menyerbu dan pasar berfluktuasi tinggi. Untuk pergerakannya, saya kira masih akan mempengaruhi indeks hingga akhir perhitungan di 16 Desember nanti,” jelasnya. Untuk diketahui, Sampoerna melakukan manuver rights issue demi mengikuti aturan BEI terbaru mengenai batas minimun saham yang dimiliki oleh publik. Surat Keputusan Direksi PT BEI Nomor Kep-00001/BEI/01-2014 yang mewajibkan semua perusahaan publik yang terdaftar untuk melepas minimal 7,5 persen dari total modal disetor ke publik paling lambat 30 Januari 2016.

Sampoerna telah menetapkan Harga Pelaksanaan satu HMETD menjadi satu saham baru sebesar Rp 77 ribu per saham. Harga ini lebih tinggi 1,349 persen dari harga penutupan saham Perseroan yaitu Rp 75.975 per saham pada 30 September 2015. PT Philip Moris Indonesia (PMID) selaku pemegang saham mayoritas telah menegaskan akan menjual 264.209.711 dari HMETD yang menjadi haknya dalam suatu penawaran terbatas kepada investor institusional dan bahwa PMID akan melaksanakan sisanya sebanyak 600.640 HMETD yang menjadi haknya.

No comments:

Post a Comment