Perusahaan pengelola restoran cepat saji, PT Fast Food Indonesia Tbk tengah melakukan berbagai upaya efisiensi dalam rangka menekan beban usaha yang diyakini berdampak positif pada peningkatan rasio perolehan laba sebelum pajak, pendapatan, sampai pada margin usaha perseroan sebelum pajak. Upaya efisiensi dilakukan menyusul turunnya margin usaha atas penjualan produk makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) yang telah dirasakan sejak awal tahun ini.
"Makanya sejak saat ini kami lakukan banyak efisiensi, terutama dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) karena tiap tahun upah minimumnya bertambah. Tapi kami pastikan tidak ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pegawai-pegawai kami," ujar Direktur Keuangan Fast Food Indonesia Justinus Juwono di Jakarta, kemarin.
Sebagai informasi, hingga kuartal III 2015 perusahaan telah membukukan laba usaha sebelum pajak sebesar Rp 88,4 miliar. Angka ini menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 150 miliar. Justinus mengungkapkan, anjloknya margin usaha emiten berkode FAST itu tak lepas dari meningkatnya besaran beban usaha, menyusul penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta tren peningkatan upah minimum karyawan yang berlangsung dari waktu ke waktu.
Berangkat dari hal tersebut, manajemen berencana melakukan optimasi terkait penggunaan tenaga kerja di tiap gerai. Di mana optimasi tadi dilakukan dengan mengurangi jumlah pegawai yang terdapat di satu gerai KFC dari 30 orang ke 24 orang, dan memindahkan karyawan tadi ke gerai-gerai baru. "Kalau pegawai di satu outlet berkurang, maka produktivitas meningkat. Dan pegawai kita jadi terbiasa multitasking," tambahnya.
Seiring dengan langkah efisiensi yang terus diupayakan, Fast Indonesia berencana membuka 40 gerai baru hingga akhir 2015. Justinus mengakui, selain mampu meningkatkan angka pejualan penambahan gerai juga dimaksudkan untuk mengoptimasi penggunaan tenaga kerja. Ini mengingat hingga kuartal III 2015, Fast Food Indonesia telah memiliki pegawai sebanyak 16.765 orang yang 15.242 orang diantaranya ditempatkan di 514 gerai KFC di seluruh Indonesia.
Tak ayal, dengan kondisi tersebut manajemen harus menggelontorkan beban gaji sebesar Rp 462,22 miliar atau berkisar 28,33 persen dari total beban perusahaan yang mencapai Rp 1,63 triliun pada periode tersebut. Meski juga mengalami tekanan atas meningkatnya beban operasional rutin dari penggunaan listrik, air bersih dan beban energi, Justinus menegaskan bahwa pihaknya belum memiliki rencana untuk menaikkan harga produk pada tahun depan sebagai upaya meningkatkan margin usaha ke level 5 persen.
"Masalah kenaikan harga jual produk masih kami kaji lagi nanti demi mempertahankan diri di tengah persaingan usaha. Karena sampai tahun ini pun kami belum melakukan perubahan harga jual produk-produk kami. Ada pun strategy pricing yang kami lakukan lebih di harga paket-paket ayam," imbuhnya.
Sebagai informasi, hingga kuartal III 2015 perusahaan baru membukukan laba usaha sebelum pajak sebesar Rp 88,4 miliar, anjlok 41 persen dibandingkan dengan laba pada periode yang sama tahun lalu di angka Rp 150 miliar. Sedangkan pada tahun depan perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar Rp 4,94 triliun atau meningkat 8,09 persen dibanding proyeksi penjualan hingga akhir tahun ini di ksiaran Rp 4,57 triliun.
PT Fast Food Indonesia Tbk menganggarkan Rp 150 miliar untuk membuka 40 gerai Kentucky Fried Chicken (KFC) di kabupaten-kabupaten yang belum terjamah pada tahun depan. Ekspansi bisnis ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan perseroan sebesar 9 persen pada tahun depan, naik dari pertumbuhan tahun ini yang hanya 6,1 persen.
Direktur Keuangan Fast Food Indonesia, Justinus D. Juwono mengatakan kalau perusahaan tahun depan mengincar pendapatan sebesar Rp 4,94 triliun atau lebih besar dibanding target tahun ini dengan besaran Rp 4,57 triliun melalui penambahan 40 gerai KFC. Untuk merealisasikan hal tersebut, perusahaan akan menggelontorkan anggaran Rp 150 miliar, atau 50 persen dari total belanja modal 2016 yang direncanakan sebesar Rp 300 miliar.
"Prospek 2016 akan membuka 40 cabang baru di mana sebagian besar berjenis gerai tersendiri (free standing) atau di mall dengan skala lebih kecil. Selain itu, kita juga akan sediakan 10 kios KFC Box. Kami yakin tahun depan daerah-daerah atau kabupaten akan mengalami pertumbuhan ekonomi, sehingga pendapatan meningkat dan konsumsi bertambah," ujar Justinus di Jakarta, Selasa (10/11).
Menurut Justinus, strategi menyasar kabupaten tersebut sesuai dengan keinginan perusahaan yang ingin menjangkau lebih banyak pelanggan di wilayah-wilayah yang belum dimasuki jaringan toko makanan cepat sajinya. Lebih lanjut, kehadiran gerai KFC di wilayah-wilayah tersebut diharapkan juga ikut menyumbang pendapatan daerah setempat.
"Kehadiran KFC di wilayah-wilayah itu tentunya akan memberikan kontribusi pajak daerah, di mana 10 persen pajak dari hasil omzet kita akan disistribusikan ke Pemerintah Daerah. Untuk tahun depan rencananya perusahaan akan membuka banyak gerai di Kalimantan dan Bali," jelasnya. Hingga akhir tahun ini, tambahnya, rencananya KFC juga akan membuka 40 gerai baru yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga September 2015, perusahaam telah membuka 27 gerai-gerai baru, sehingga Fast Food Indonesia masih memiliki kewajiban untuk membuka 13 gerai baru di sisa tiga bulan terakhir 2015.
Hingga kuartal III 2015, KFC membukukan pendapatan Rp 3,28 triliun atau 71,78 persen dari target pendapatan hingga akhir tahun Rp 4,57 triliun. Justinus optimis pendapatan tahun ini melampaui ekspektasi hingga menembus angka Rp 4,61 triliun, atau 7 persen dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu Rp 4,31 triliun.
No comments:
Post a Comment