Sunday, November 1, 2015

Bulan Oktober 2015 Indonesia Alami Deflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum (deflasi) selama Oktober 2015 sebesar 0,08 persen. Kepala BPS Suryamin mengungkapkan deflasi terjadi karena adanya penurunan harga-harga barang sepanjang bulan ke-10 tersebut. "Inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 adalah 2,16 persen. Sementara infasi year on year (yoy) adalah 6,25 persen," jelas Suryamin di kantornya, Senin (2/11).

Untuk inflasi komponen inti tercatat 0,23 persen dengan inflasi komponen inti tahun ke tahun yaitu sebesar 5,02 persen. Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) yang disurvei BPS, inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,95 persen. Sedangkan untuk deflasi, terendah terjadi di Padang Sidempuan 0,01 persen, dan tertinggi di Manado 1,49 persen.

Suryamin menyebut deflasi rendah selama Oktober pernah terjadi pada Oktober 2011 lalu, dengan laju deflasi 0,12 persen.

Sementara menurut kelompok pengeluaran, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memiliki andil paling besar terhadap inflasi Oktober yakni 0,07 persen. Selama Oktober kelompok tersebut mengalami kenaikan harga sebesar 0,40 persen. Sementara kelompok bahan makanan memiliki andil deflasi 0,22 persen selama Oktober. Selama bulan itu harga bahan makanan mengalami penurunan harga sebesar 1,06 persen. Inflasi pada Oktober 2015 diprediksi rendah karena menurunnya harga makanan. Kendati demikian, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diprediksi tetap di level 7,5 persen karena belum stabilnya nilai tukar rupiah.

Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra, menyatakan inflasi kemungkinan akan rendah, terutama pada harga makanan yang diprediksi akan melanjutkan tren deflasi karena beberapa makanan utama membukukan penurunan harga.

“Sementara itu, tarif listrik Sept 2015 yang dibayar pada Oktober 2015, turun 1,5 persen secara bulanan,” ujarnya dalam riset, dikutip Senin (2/11). Di sisi lain, ia menyatakan inflasi inti diprediksi akan tetap di bawah 5 persen. Sementara, inflasi headline secara tahunan juga berlanjut turun. Hal itu, lanjutnya, berdasarkan estimasi inflasi secara bulanan 0,06 persen, sementara angka year on year diprediksi akan berlanjut melunak menjadi 6,4 persen secara tahunan pada Oktober 2015 dari 6,83 persen secara tahunan pada bulan sebelumnya.

Pada kesempatan lain, menurutnya inflasi inti dapat tetap flat (5,08 persen secara tahunan) yang sebagian disebabkan oleh ekonomi yang lebih stabil dan depresiasi rupiah sejak awal tahun (Year to Date/YTD). “Meskipun tekanan inflasi tahunan kembali turun, kami meyakini bank sentral akan tetap menahan BI rate pada 7,5 persen pada rapat dewan gubernur (RDG) selanjutnya pada 17 November karena terlalu dini menyimpulkan bahwa rupiah telah memasuki tahapan yang stabil,” ucapnya.

Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta mengatakan tekanan global mereda, sementara inflasi ditunggu. Ia menyatakan nilai tukar rupiah tertekan hingga Jumat sore lalu walaupun sentimen pelemahan dollar semakin terasa di pasar keuangan Asia. Ia menilai sebelumnya penundaan pengesahaan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja) 2016 semakin mengirimkan kekhawatiran ke pasar terutama kaitannya terhadap pengeluaran pemerintah yang sangat menentukan prospek pertumbuhan.

“Akan tetapi disahkannya RAPBN 2016 pada Jumat malam seharusnya bisa mengurangi tekanan terhadap rupiah apalagi jika sentimen pelemahan dolar AS masih ada serta angka inflasi Oktober yang datang pagi ini turun drastis, diperkirakan ke 6,3-6,4 persen secara tahunan,” jelasnya.

Setelah melambat, Aldian menyatakan PDB (Produk Domestik Bruto) riil atau indikator pertumbuhan ekonomi diprediksi akan tumbuh menjadi 4,8 persen secara tahunan pada kuartal III 2015 dari 4,7 persen secara tahunan pada semester I 2015. “Karena adanya akselerasi oleh pemerintah, konsumsi publik yang stabil, dan memudarnya efek dari pemilu tahun lalu yang membuat belanja institusi non-profit akan menjadi positif semester ini,” jelas Aldian.

Adapun, ia menilai nilai ekspor juga diprediksi akan membaik dari sisi volume, meskipun dari sisi nilai mengalami kontraksi yang lebih dalam pada kuartal III 2015 karena kontraksi melunak menjadi turun 7,4 persen secara tahunan dari posisi penurunan 9 persen secara tahunan pada kuartal II 2015 (penurunan nilai disebabkan oleh turunnya harga komoditas).

Secara kontras, menurutnya penurunan volume impor lebih tenggelam menjadi melemah 4,8 persen secara tahunan dari penurunan 1,5 persen secara tahunan pada periode yang sama karena permintaan impor migas yang turun. “Secara keseluruhan, kami memprediksi kontribusi ekspor bersih terhadap PDB pada kuartal III 2015 akan lebih baik daripada kuartal sebelumnya. Sebagai informasi, PDB kuartal III 2015 akan diumumkan pada 4 November,” jelasnya.

No comments:

Post a Comment