Financial planner, Ligwina Hananto, mengaku belum mengetahui terkait dengan Ferdi Hasan yang melaporkan dirinya ke Polda Metro Jaya. "Saya baru tahu dari sms ini," kata Ligwina melalui pesan singkatnya, Senin, 14 April 2014. Karena baru tahu dirinya dilaporkan, kata dia, Ligwina enggan bekomentar apapun. "Ya kan baru tahu, saya enggak tahu mau komentar apa," kata dia. Ligwina juga menyebut dia belum menunjuk pengacara atau mengambil langkah hukum apapun.
Sebelumnya, pembawa acara (master of ceremony/MC) kondang, Ferdi Hasan, melaporkan Ligwina Hananto ke Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya atas kasus penipuan. Ligwina dilaporkan atas dua kasus investasi bodong di dua perusahaan, Panen Mas dan Trimas.
Di Panen Mas, kata ferdi, Ligwina ternyata memiliki saham 30 persen. Sedangkan di Trimas, Ligwina dilaporkan bersama rekannya, Yoga Dendawancana. Ferdi memutuskan untuk melapor ke Polda Metro Jaya telah mencoba bertemu Ligwina, tapi selalu dimentahkan dengan argumen itu adalah resiko investasi.
"Tapi yang saya rasakan seperti kesengajaan. Karena 6 dari 7 investasi ambrol dalam waktu yang berdekatan," kata Ferdi saat berkunjung. Total kerugian yang diderita Ferdi akibat investasi bodong ini mencapai Rp 12 miliar.
Pembawa acara kondang Ferdi Hasan melaporkan perencana keuangan ternama, Ligwina Hananto, ke Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya atas kasus penipuan. Ligwina dilaporkan atas dua kasus investasi bodongdi dua perusahaan, yakni Panen Mas dan Trimas.
Di Panen Mas, kata ferdi, Ligwina ternyata memiliki saham 30 persen. Adapun di Trimas, Ligwina dilaporkan bersama rekannya, Yoga Dendawancana. Ferdi memutuskan untuk melapor ke Polda Metro Jaya setelah mencoba bertemu Ligwina tapi selalu dimentahkan dengan argumen kerugian yang diterima adalah risiko investasi.
Ferdi tak memungkiri telah mendapat keuntungan pada awal investasinya. Karena itulah Ferdi percaya dan meneruskan tetap menjadikan Ligwina sebagai perencana keuangannya. Namun, dari saran investasi yang diberikan Ligwina, semuanya merugi dalam enam bulan bersamaan.
Saat awal investasi, Ferdi menyatakan telah mendapat untung Rp 500-600 juta dalam waktu 1 minggu dari nilai investasi Rp 1 miliar. “Investasinya di index trading,” kata Ferdi. Ketika mendapat untung, Ligwina kemudian menyarankan Ferdi melipatgandakan investasinya. Namun kemudian ia merugi. “Saat dananya minus dan saya bertanya ke Wina. Dia tahu saja enggak,” tutur Ferdi.
Ini bukan kali pertama Ligwina dilaporkan ke kepolisian Sebelumnya, ada kasus yang melibatkan Ligwina ketika Ari Pratomo, pemilik CV Panen Mas, kabur membawa dana investasi nasabah. Dalam pernyataannya, Ligwina menegaskan CV Panen Mas bukanlah perusahaan bodong. Perusahaan itu memang bergerak di bidang perkebunan dan peternakan. Ketika mensurvei perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis itu, dia mendapati kebun dan kandang milik perusahaan tersebut.
Masalah muncul, kata Ligwina, ketika pemilik CV Panen Mas, Ari Pratomo, kabur membawa uang nasabah. "Ini ada kesalahan dalam manajemen perusahaan saja. Di tengah jalan dia kabur dan buron," kata Ligwina melalui pesan pendek, Senin, 17 Februari 2014.
Kaburnya Ari inilah yang kemudian memunculkan dugaan penipuan investasi. Hery adalah warga Bandung, salah satu nasabah Panen Mas. Dalam rubrik pembaca sebuah harian nasional, Hery mengungkapkan kekesalannya karena merasa ditipu oleh Ligwina. Pasalnya, perancang keuangan inilah yang menawarkan CV Panen Mas sebagai tempat berinvestasi kepada Hery. Namun, dalam perjalanannya, pemilik Panen Mas kabur. Hery mengaku rugi sampai ratusan juta dalam investasi tersebut.
Presenter kondang Ferdi Hasan menceritakan kisah investasi bodong yang dialaminya. Awalnya, Ferdi bertemu dengan financial planner bernama Ligwina Hananto. Ferdi kenal Wina--sapaan Ferdi untuk Ligwina--pertama kali pada 2006-2007. Ferdi menyatakan awalnya ia berdiskusi dengan Ligwina hanya untuk mengatur keuangannya, bukan saran investasi. "Diskusinya cocok sama Wina pada waktu itu," kata Ferdi saat berkunjung ke kantor Tempo, Senin, 14 April 2014.
Karena merasa cocok, kata Ferdi, ia mulai menerima saran investasi dari Wina. "Dulu investasinya masih terukur, semacam reksadana," kata dia. Investasi berisiko tinggi dimulai Ferdi di index trading. Ligwina menyarankannya untuk menggelontorkan dana Rp 1 miliar.
Pengembaliannya terbilang cepat. Dalam satu minggu, kata Ferdi, ia mendapat untung Rp 500-600 juta. Ia pun kembali menuruti Ligwina yang menyarankan dana Rp 2 miliar untuk diinvestasikan. Ternyata, investasi kedua tak semulus yang pertama, uang Ferdi Rp 2 miliar merugi. "Tapi saat minus, saya tanya Wina, dia malah jawab enggak tahu," kata dia.
Sejak itu Ligwina mulai mengenalkan Ferdi pada investasi sektor riil. Ia dikenalkan pada Michael Ong dari Golden Trade International. Lagi-lagi, Ligwina menyarankan Ferdi untuk investasi awal Rp 1 miliar. Kali ini investasinya cukup lancar. "Selalu on time selama setahun," kata Ferdi.
Kemudian Ferdi dikenalkan pada financial planner lain bernama Benny Rahardjo, yang menyarankannya untuk berinvestasi di perkebunan jati. Saking meyakinkannya, kali ini Ferdi sampai mengagunkan rumah. Setelah tiga tahun berjalan, sertifikat tanah yang dijanjikan jadi dalam enam bulan tak ada kabar. Setelah Ferdi mencari tahu, tanah lahan yang disebut untuk perkebunan jati pun bermasalah.
Di saat yang hampir bersamaan dengan saran investasi jati, Benny juga menyarankan Ferdi untuk berinvestasi di perusahaan yang menyediakan jasaskilled labour. "Saya ambil saham mayoritas 300 juta," kata Ferdi. Namun nahas, pengelola perusahaan tersebut hilang tanpa kabar.
Yang paling besar adalah saat ia disarankan untuk menginvestasikan dananya di Trimas dan GTI. Totalnya, kata Ferdi, ia menginvestasikan Rp 2,5 miliar. Selain itu, ia juga menjual emas miliknya dan membelikannya di GTI sebanyak Rp 10 miliar. Namun tiga bulan kemudian, Trimas pailit dan pengurusnya siap mengganti. Penggantian tak berjalan lancar. Tanah yang dijanjikan ternyata tak tersedia.
No comments:
Post a Comment