Jawa Tengah dinilai merupakan salah satu pengimpor kayu tertinggi secara nasional. Para pengusaha memperkirakan impor kayu di Jawa Tengah menyumbang 40 persen dari total impor kayu nasional yang mencapai 100 ribu kubik per tahun. “Impor kayu di Jawa Tengah lebih tinggi dibanding DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Medan yang rata-rata hanya untuk industri pintu dan perumahan,” kata Kuswidiarso, Direktur PT Madero International, salah satu perusahaan importir kayu di Semarang, Rabu, 23 April 2014.
Kayu yang banyak didatangkan ke Jawa Tengah itu berjenisoak dengan negara asal Amerika Serikat. Kayu itu menjadi idola industri mebel dan furnitur di Jawa Tengah untuk diekspor kembali menjadi bahan jadi. “Jenis bahan baku itu banyak dipesan karena permintaan pembeli produk mebel asal Eropa,” kata Kuswidiarso.
Menurut Kuswidiarso, saat ini tren impor kayu di Jawa Tengah dan nasional cenderung meningkat, namun ia menyayangkan kenaikan harga kayu impor yang justru mengalahkan industri dalam negeri. Catatannya menunjukkan kenaikan harga kayu oak yang mencapai US$ 200 ribu dolar per kubik. Kondisi itu diperkirakan hanya mampu menaikkan nilai impor kayu Jawa Tengah sekitar 10 persen pada tahun ini. Harga kayu impor berjenis pinus pun mengalami kenaikan, padahal harga kayu berjenis itu merupakan yang termurah dibanding kayu impor lain.
“Kayu pinus impor naik US$ 50 ribu dolar sedangkan oak dari US$ 500 ribu dolar per kubik naik menjadi $ 700 ribu dolar per kubik,” katanya.
Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jawa Tengah Anggoro Ratmadiputro membenarkan kabar tingginya impor kayu asal Amerika di Jawa Tengah. Meski begitu, kebutuhan kayu impor itu hanya digunakan oleh industri mebel yang banyak dimodali oleh pengusaha asing yang pesanan produknya ditentukan oleh pembeli Eropa. “Kalau produsen lokal masih menggunakan kayu dalam negeri. Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan kayu impor,” katanya.
No comments:
Post a Comment