Duta Besar Indonesia untuk Uni Eropa, Belgia dan Luxemburg Arif Hafas Oegroseno menyatakan bahwa Eropa adalah pasar yang paling menggiurkan untuk produk kakao Indonesia. "Konsumsi kakao mereka terbesar dan paling stabil di dunia," ujarnya dalam diskusi yang digelar oleh Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Jakarta Internasonal Expo, Kemayoran, Selasa 15 April 2014.
Arif menyebut, Uni Eropa mempunyai aturan tunggal untuk memayungi perdagangan 28 negara anggotanya. Di sana bermukim 505 juta penduduk dengan pendapatan per kapita mencapai US$ 30 ribu per tahun. Selain itu, sebagai negara industri, mereka mengimpor 90 persen dari kebutuhan pangannya. "Termasuk coklat, 100 persen kebutuhan kakao mereka diimpor," ujarnya.
Menurut Arif, konsumsi coklat masyarakat Uni Eropa mencapai 11 kilogram per kapita per tahun. Sementara di Asia, rata-rata konsumsi kakao baru mencapai 1 kilogram per kapita per tahun.
Impor kakao Uni Eropa pada 2013 mencapai Euro 4,447 miliar dengan rincian Euro 2,851 miliar biji kakao, Euro 668 juta pasta kakao, Euro 619 juta butter kakao, Euro 133 bubuk kakao, dan Euro 173 juta.
Arif menyebut, Pantai Gading merupakan negara yang paling banyak mengekspor kakao ke Eropa dengan nilai Euro 508,8 juta. Ghana di peringkat kedua dengan nilai Euro 273,98 juta dan Indonesia di peringkat ketiga dengan nilai ekspor Euro 87 juta. Selain itu juga ada Malaysia dengan nilai ekspor Euro 74,13 juta dan Brazil Euro 9,11 juta.
Menurut Arif, meski potensinya besar, namun kompetisi di pasar kakao juga sangat ketat. Selain itu, Uni Eropa juga menerapkan kebijakan yang ketat untuk kakao yang diimpornya. "Mereka mau mengeluarkan uang untuk membeli produk berharga mahal asalkan dengan kualitas yang terjamin," ujarnya.
No comments:
Post a Comment