Dalam proyeksi asumsi makro di Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran 11.500-Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat. Menteri Keuangan, Muhammad Chatib Basri mengakui asumsi tersebut pesimistis.
Namun, ia mengatakan asumsi itu bukanlah target. "Kalau upside (naik) Alhamdulilah. Tapi, kalau downside (turun), ya kita sudah siap," kata Chatib usai Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Rabu, 30 April 2014 malam.
Asumsi dibuat dalam rentang itu, kata Chatib, karena masih ada risiko tapering off (penghentian program pembelian obligasi) lebih cepat dan Amerika Serikat akan menaikkan tingkat bunga. "Saya tidak tahu The Fed mau naikkan berapa, itu tentu akan berpengaruh pada outflow (arus dana keluar)," kata Chatib. Dengan terpengaruhnya arus dana, tentu mempengaruhi rupiah.
Perlambatan ekonomi Cina juga akan berpengaruh pada penurunan harga komoditas. Dengan begitu, kata Chatib, jika ekspor turun, masih ada tekanan terhadap neraca perdagangan. "Itu tentu ada pengaruh pada nilai tukar," kata dia.
Perkiraan itulah, menurut Chatib, yang dimasukkan pemerintah ke dalam skenario konservatif. "Paling tidak, kalau situasinya sekitar itu, nanti pemerintah baru tidak sibuk," kata dia.
No comments:
Post a Comment