Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas melihat tingkat efisiensi perbankan di Indonesia masih kalah dibanding perbankan di ASEAN, sehingga menyulitkan untuk bersaing saat penyatuan masyarakat ekonomi ASEAN.
"BOPO (biaya operasional dibanding pendapatan operasional) bank kita masih 80 persen sementara negara-negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia sudah 40-50 persen," kata Ronald di Jakarta, Rabu.
Dengan tingkat efisiensi yang masih rendah itu, lanjutnya saat penerapan masyarakat ekonomi ASEAN pada 2015-2020 sulit bagi perbankan nasional menghadapi persaingan dengan perbankan dari negara-negara lain.
"Kalau BOPO masih tinggi sulit bagi perbankan kita, karena mereka akan sangat mudah masuk ke masyarakat Indonesia," katanya.
Ia juga mengatakan, setiap perusahaan termasuk perbankan harus meningkatkan efisiensinya jika ingin bersaing di pasar, termasuk jika kemudian pasarnya diperluas menjadi wilayah ASEAN.
Menurut Ronald, dengan kondisi persaingan perbankan yang sangat ketat, penerapan penyatuan masyarakat ekonomi ASEAN di bidang perbankan sudah disepakati diundur sampai 2020, sementara penyatuan sektor ekonomi lain dimulai 2015.
"Khusus untuk perbankan ada forum khusus, ASEAN Banking Integration Forum dan negosiasinya paling alot, saat ini kita ada 120 bank yang kelasnya macam-macam dan sekarang harus berhadapan dengan bank Malaysia, Singapura yang jauh lebih besar, saat ini masih jadi pembahasan," katanya.
No comments:
Post a Comment