Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) R. Priyono memaparkan balik modal kilang gas alam cair (LNG) dari Lapangan Tangguh, Papua, lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Harusnya balik modal tahun 2015, tapi ternyata sudah bisa mulai 2013," ujar Priyono ketika dijumpai di Hotel Kempinski, Juma, 30 Maret 2012.
Salah satu faktor cepatnya modal kembali adalah naiknya harga minyak dunia. Dengan kembalinya modal, berarti negara tidak lagi punya kewajiban mengganti biaya pembangunan kilang yang diinvestasikan oleh BP sebelumnya.
"Harusnya balik modal tahun 2015, tapi ternyata sudah bisa mulai 2013," ujar Priyono ketika dijumpai di Hotel Kempinski, Juma, 30 Maret 2012.
Salah satu faktor cepatnya modal kembali adalah naiknya harga minyak dunia. Dengan kembalinya modal, berarti negara tidak lagi punya kewajiban mengganti biaya pembangunan kilang yang diinvestasikan oleh BP sebelumnya.
"Tinggal menikmati keuntungan dan membayar biaya operasi saja."
Priyono menuturkan, penerimaan bersih negara pertama dari LNG Tangguh tahun depan adalah senilai US$ 300 juta dari penjualan train I dan train II. Penerimaan tersebut belum termasuk dari penjualan gas Tangguh ke Fujian, Cina, yang masih dalam tahap renegosiasi. Menurutnya, pemerintah masih melancarkan renegosiasi penjualan gas Tangguh ke Cina yang hanya dihargai US$ 3,25 per juta british thermal unit (mmbtu).
Penerimaan Gas Tangguh juga diperkirakan masih akan bertambah jika negosiasi pemerintah dengan Amerika Serikat untuk pengalihan komitmen ekspor gas berhasil dilakukan. Indonesia memiliki komitmen ekspor gas ke Sempra sebanyak 3,7 juta ton per tahun.
Priyono menuturkan, penerimaan bersih negara pertama dari LNG Tangguh tahun depan adalah senilai US$ 300 juta dari penjualan train I dan train II. Penerimaan tersebut belum termasuk dari penjualan gas Tangguh ke Fujian, Cina, yang masih dalam tahap renegosiasi. Menurutnya, pemerintah masih melancarkan renegosiasi penjualan gas Tangguh ke Cina yang hanya dihargai US$ 3,25 per juta british thermal unit (mmbtu).
Penerimaan Gas Tangguh juga diperkirakan masih akan bertambah jika negosiasi pemerintah dengan Amerika Serikat untuk pengalihan komitmen ekspor gas berhasil dilakukan. Indonesia memiliki komitmen ekspor gas ke Sempra sebanyak 3,7 juta ton per tahun.
Pengalihan dapat dilakukan dengan volume maksimal 50 persen jika ada pembeli yang menawar di atas harga jual ke Sempra, yaitu sekitar US$ 7 per mmbtu. Apabila gas dialihkan ke pembeli lain, pemerintah harus membayar fee atau denda kepada Sempra sebesar US$ 1 per mmbtu.
Priyono yakin Amerika bersedia melakukan negosiasi, mengingat negara tersebut saat ini tengah berlimpah gas dan harga gas di sana jauh lebih murah dari pasaran. Rencananya pasokan gas ini nantinya akan diprioritaskan untuk pembeli domestik yang mengajukan penawaran harga menarik.
Priyono yakin Amerika bersedia melakukan negosiasi, mengingat negara tersebut saat ini tengah berlimpah gas dan harga gas di sana jauh lebih murah dari pasaran. Rencananya pasokan gas ini nantinya akan diprioritaskan untuk pembeli domestik yang mengajukan penawaran harga menarik.
No comments:
Post a Comment